Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Antara Sinetron dan Kartun, Mana Lebih Baik?

23 Desember 2019   23:16 Diperbarui: 24 Desember 2019   15:03 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagai air dan minyak, tidak bisa bersatu | Youtube elkimoy

"Nenek, aku ingin menonton Doraemon." 
"Kau itu sudah besar, kenapa masih saja menonton kartun anak kecil. Ingat umurmu." 
"Tapi nek..." 
"Tidak ada tapi-tapian, nenek ingin menonton Tukang Ojek Pengkolan. Pergilah."

Mungkin beberapa orang pernah mengalami kejadian seperti ini, terutama orang yang suka menonton kartun, seperti contohnya Doraemon, Spongebob Squarepants, Naruto, dan lain sebagainya. 

Ada kalanya ketika sedang asik menonton acara kartun favorit, lalu ibu atau nenek menyerobot dan langsung mengganti channel TV tanpa seizin yang pertama kali menonton.

Ingin jengkel tidak bisa, ingin marah juga tidak. Bisa-bisa malah kita kena batunya jika melakukan hal itu. Kedua tayangan tersebut memiliki perbedaan yang cukup mencolok, salah satunya dari segi grafis.

Secara tampilan grafis di sinetron lebih bagus dan real ketimbang kartun, jelas saja karena semua adegan yang ada disana dilakukan oleh aktor dan aktris secara nyata. 

Bagai air dan minyak, tidak bisa bersatu | Youtube elkimoy
Bagai air dan minyak, tidak bisa bersatu | Youtube elkimoy
Tidak seperti kartun yang grafisnya bisa dibilang biasa saja untuk sebagian orang, "hanya" bermodalkan aplikasi pembuat animasi kita sudah bisa membuatnya tanpa harus.melakukan pengambilan gambar ulang karena terjadinya suatu kesalahan scene. Hanya tinggal menghapus frame yang dirasa kurang, dan membuat lagi yang baru. "Sesimpel" itu.

Dalam proses pembuatannya, kartun adalah yang paling lama dan memakan waktu hingga 10 tahun sejak awal perencanaan rilis. 

Yang akan kita ambil disini adalah animasi Zootopia yang rilis pada tahun 2016 lalu, disutradarai oleh Byron Howard dan Rich Moore dan ditulis oleh Jared Bush dan Phil Johnston, menghabiskan sekitar $150.000.000 (150 juta US Dollar), atau setara dengan RP.2.162.250.000.000,00 (2 triliun rupiah).

Salah satu film animasi terbaik | Disney Movies
Salah satu film animasi terbaik | Disney Movies
Sedangkan biaya pembuatan sinetron per-episode hanya puluhan juta rupiah saja, sangat berbeda jauh dengan pembuatan sebuah animasi 3D. 

Kita hitung saja, semisal biaya produksinya adalah 43 juta rupiah setiap episode. Maka RP.43.000.000,00 dikali 200 episode sama dengan RP.8.600.000.000 (8 miliar rupiah). Dikali 1000 episode sama dengan RP.43.000.000.000 (43 miliar rupiah). Masih sangat jauh dibandingkan pembuatan sebuah film animasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun