Mohon tunggu...
Humaniora

Semboyan Indonesia yang Terlupakan

18 November 2017   20:20 Diperbarui: 18 November 2017   20:24 3046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pasti kita semua tidak asing dengan kalimat "Bhinneka Tunggal Ika", bukan? Kalimat tersebut sudah terdengar akrab di telinga kita sejak kita masih duduk di bangku sekolah dasar. Bhinneka tunggal ika memiliki arti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. 

Indonesia memang merupakan salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang berlimpah dan unik. Tetapi sayangnya pada zaman sekarang, hal tersebut malah menjadi kelemahan bagi bangsa Indonesia kita ini. Mengapa bisa begitu?

Keragaman budaya, bahasa, ras, suku bangsa, dan agama, justru menjadi boomerang bagi negara Indonesia. Perseteruan, konflik, dan permasalahan banyak timbul karena keragaman bangsa Indonesia kita sendiri. 

Hal ini terjadi karena kebanyakan orang mempunyai pola pikir bahwa apa yang dimilikinya adalah yang terbaik, atau yang sering dikenal dengan paham etnosentrisme. Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya memegang kuat identitasnya, dan menolak untuk bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme sebagai "sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. 

Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral". Dengan pola berpikir yang demikian, akan sangat mudah untuk memicu emosi masyarakat Indonesia. Terbukti dengan semakin banyaknya konflik antar suku, atau yang paling mencolok saat ini adalah konflik antar agama. Agama adalah salah satu cara tercepat untuk memecah belah rakyat Indonesia. Karena agama adalah hal yang sensitif untuk dibicarakan, apalagi untuk diperdebatkan. Salah satu kasus yang membuktikan lunturnya semboyan bangsa kita yaitu:

"Pembakaran Vihara dan Kelenteng, Tanjungbalai"
Aksi yang menunjukkan intoleransi terjadi di Tanjungbalai. Pada bulan Juli 2016 lalu, 6 Vihara dan Kelenteng di kawasan Tanjungbalai diserang oleh ratusan orang. Bangunan dari rumah ibadah etnis Tionghoa ini dirusak hingga dibakar sehingga kerusakan yang ditimbulkan bisa membuat prihatin.

Aksi pembakaran dan perusakan alat ibadah ini dipicu oleh seorang wanita yang menginginkan suara pengeras suara masjid dikecilkan. Massa yang tidak terima dengan protes ini langsung melakukan aksi mengerikan di enam tempat yang berbeda. Mereka tidak peduli dengan apa yang dilakukan. Selama merasa sakit hati, segala hal bisa dilakukan dengan semena-mena.

Dari kasus tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa "Bhinneka Tunggal Ika" mulai terlupakan. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus melaksanakan semboyan yang sudah dibentuk oleh pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan negara kita tercinta ini. Tanggal 10 November lalu adalah peringatan Hari Pahlawan yang mengingatkan kita bahwa kita adalah satu bangsa, satu bahasa, dan satu nusa.

Indonesia adalah negara kesatuan, bukan negara yang terkotak-kotak karena keberagamannya sendiri. Justru kita, generasi muda khususnya, harus lebih berfokus pada memaksimalkan keberagaman yang ada di dalam negara kita sebagai potensi yang dapat memajukan negara. Dengan melestarikan keberagaman budaya yang ada, negara Indonesia dapat menjadi ikon dalam bidang pariwisata. 

Peninggalan masa lalu mulai dari bangunan, tarian, bahasa, dan macam budaya lainnya bisa menjadi obyek wisata yang bisa mendatangkan wisatawan yang tidak hanya domestik, namun juga wisatawan asing. Pemanfaatan di bidang pariwisata ini secara tidak langsung  dapat meningkatkan devisa negara. Masih banyak yang dapat dimanfaatkan dari negara Indonesia, seperti kekayaan alam, laut, dan udara.

Marilah benar-benar menerapkan semboyan bangsa Indonesia, dan hilangkanlah pemikiran etnosentrisme. Fokuslah pada hal yang lebih positif!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun