Mohon tunggu...
Gabriella Dea Marshantina
Gabriella Dea Marshantina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student

Mahasiswa Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terorisme dan Orientalisme: Menelusuri Pengaruh Identitas Islam

18 April 2021   17:31 Diperbarui: 18 April 2021   18:08 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maraknya peristiwa terorisme beberapa tahun terakhir menjadi polemik baru yang tak terhindarkan. Beragam aksi terorisme belakangan ini kerap menjadi permasalahan global yang merambah hampir ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. 

Konsep terorisme menjadi salah satu fenomena yang menuai perdebatan berbagai pihak. Munculnya perdebatan mengenai pendefinisian konsep terorisme tersebut tidak lepas dari fakta bahwa pemberian label atau stigma terhadap aksi-aksi terorisme berasal dari identitas agama para pelaku yang identik dengan Islam. Peristiwa runtuhnya gedung World Trade Centre (WTC) pada 9 September 2001 di New York, Amerika Serikat menjadi titik mula digencarkannya isu terorisme oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.

Peristiwa terorisme yang membawa bendera Islam mencuat dengan dikumandangkannya perang melawan terorisme global (global war on terrorism). Negara-negara Barat dipelopori oleh Amerika Serikat kian bersatu untuk mencari akar kelompok terorisme dan menghabiskan seluruh jaringannya. Hal ini menjadi sebuah babak baru dalam sejarah dunia dengan pemburuan jaringan terorisme yang disebut-sebut sebagai kelompok Islam radikal. Sejak deklarasi perang terhadap terorisme global, kondisi dunia Islam khususnya Timur Tengah tidak pernah tenang dan stabil. Pertumpahan darah selalu terjadi dengan kelompok yang menjadi objek serangan aksi terorisme.

Kajian mengenai isu terorisme dapat dilihat melalui kacamata orientalisme yang diprakarsai oleh Edward Said. Edward Said sebagai seorang intelektual mengemukakan pandangannya mengenai cara untuk memahami dunia Timur, berdasarkan tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa (2001:2). 

Secara khusus Edward Said berpendapat bahwa cara pandang Barat mengenai negara dan masyarakat di Timur Tengah dapat dilihat melalui lensa yang merangkum realitas aktual baik dari tempat maupun orang. Pengalamannya menjadi seorang Arab menggambarkan sebuah fragmen yang tidak seimbang. Pasca peristiwa 9/11, muncul konfilk kecurigaan terhadap keturunan Arab yang diwariskan oleh pandangan orientalis masih berlangsung hingga saat ini. Bahkan tidak hanya merujuk kepada seorang Arab, sikap anti Islam secara umum pada hari ini di beberapa negara-negara Barat masih terjadi.

Tragedi yang memberi kerugian materiil dan moral memicu tindakan Amerika Serikat memicu serangan Barat terhadap objek yang berhubungan dengan dunia Islam. Anggapan seperti ini yang digunakan sebagai alasan kemunculan terorisme yang berkaitan dengan Islam. Kecenderungan pemahaman seperti ini menjadi salah satu ciri menonjol kaum orientalis dalam memahami Islam. Ketidakpemahaman terhadap Islam sesungguhnya menjadi pijakan oleh negara-negara Barat dalam menjalin hubungannya dengan dunia Muslim. Akibatnya hubungan Barat-Timur dalam periode yang sangat lama lebih menonjol ditandai oleh berbagai konflik. Setiap kali ada tindakan kejahatan yang melibatkan muslim, dampaknya sangat terasa bagi komunitas muslim dan Islam. Sekalipun pada faktanya hal tersebut hanya dilakukan oleh individu dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan ajaran Islam.

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Islam terbesar di dunia menjadi sorotan sarang perkembangan aksi terorisme. Hal ini disebabkan oleh peristiwa terorisme seperti pengeboman di Legian Kuta Bali hingga pengeboman Gereja Katedral Makassar yang kembali menyasar tempat ibadah setelah sebelumnya terjadi pengeboman Gereja di Surabaya. 

Aksi terorisme tersebut membawa nama kelompok Islam tertentu untuk melakukan kejahatannya. Fenomena gerakan terorisme di Indonesia tentunya tidak terlepas dari kehadiran kelompok-kelompok Islam radikal yang merasakan ketidakadilan terhadap umat Islam oleh Barat terutama Amerika Serikat baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Ketidakadilan tersebut diperparah dengan kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk membendung masuknya warga negara Islam yang dianggap mengancam keamanan warga negaranya. 

Meskipun Indonesia tidak terdampak secara langsung, tetapi kebijakan ini berdampak pada sekian juta warga negara Islam di kancah internasional. Kebijakan tersebut menunjukkan dominasi Barat terhadap negara-negara Islam yang dirasakan sebagai upaya untuk melemahkan kekuatan Islam. Berlandaskan perkembangan politik luar negeri Amerika Serikat yang agresif atas terorisme, pada akhirnya komunitas Muslim dan Islam dianggap sebagai simplifikasi wajah terorisme dalam dunia global.

Melalui perspektif orientalisme, kita dapat melihat bahwa seluruh sejarah representasi orientalisme yang menggambarkan identitas Islam melekat kuat hingga menghasilkan sikap Barat selalu menunjukkan sikap superioritas terhadap Timur. Timur dilihat dan diteropong bukan sebagai warga negara atau rakyat melainkan sebagai permasalahan yang harus dipecahkan, dibatasi kekuatannya untuk dikuasai. 

Dinamika terorisme itu berkaitan erat dengan dinamika yang ada di dalam maupun di luar sebuah kelompok. Stigma terorisme yang melekat akibat wacana perang oleh Amerika Serikat telah menyulitkan negara-negara Islam dalam menjalin hubungan, mendiskusikan kepentingan, dan meraih dukungan. Oleh karena itu, negara-negara Islam yang masih menjadi negara berkembang semakin timpang posisinya bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dalam dunia global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun