Mohon tunggu...
Gabriella Benedictine Oetomo
Gabriella Benedictine Oetomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Fakultas Kedokteran Gigi NIM : 022111133155

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemerdekaan yang Bertanggung Jawab

4 Juni 2022   13:32 Diperbarui: 4 Juni 2022   13:38 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda merupakan sosok yang mempunyai semangat berapi-api. Memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan kerap kali mempunyai ide yang brilian. Sesuai sifatnya sebagai kaum muda, mahasiswa kerap menjadi sosok yang cepat tanggap, cepat memberi respons dan pendapat terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.

Sejarah mencatat, generasi muda kerap menjadi sosok penggerak perubahan zaman. Hal ini bisa kita lihat pada aksi-aksi generasi muda di tahun 1908, 1928, 1945, 1966, dan 1998.

Tanggal 20 Mei 1908 kita kenal dengan hari Kebangkitan Nasional. Tanggal 28 Oktober 1928 kita kenal dengan Hari Sumpah Pemuda. Tanggal 16 Agustus 1945 kita kenal sebuah peristiwa, yaitu Rengasdengklok, di mana kaum muda berinisiatif untuk "menculik" Ir. Soekarno dan mendesak  ia untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian tahun 1966 kita kenal salah satu tokoh pemuda yang menjadi ikon, yaitu Arief Rahman Hakim. Ia terkenal dengan demo-demonya untuk menggulingkan orde lama. Kemudian peristiwa 1988, di mana mahasiswa sebagai pelopor kaum muda menjadi tokoh perubahan zaman sekaligus pembaharu era demokratis yang sampai sekarang kita nikmati.

Dari beberapa contoh di atas, dapat kita lihat bahwa generasi muda dari masing-masing zaman berperan sangat penting dalam gerakan untuk membawa perubahan sesuai zamannya. Di usia muda itulah kita diajak untuk mengasah kemampuan berorganisasi. Belajar mengemukakan pendapat kita. Banyak wadah yang tersedia untuk mengasah kemampuan tersebut. 

Baik dalam kegiatan kemanusiaan, pelbagai kepanitiaan intrakampus, turut aktif dalam unit kegiatan mahasiswa, mengikuti seminar, dan lain sebagainya. Kampus merupakan kawah candradimuka untuk mengasah kemampuan seperti yang diutarakan di atas. Sejarah mencatat dari zaman ke zaman banyak tokoh nasional yang lahir dari aksi-aksi kemahasiswaan.

Dalam mengemukakan pendapat dan beragumentasi kita sebagai mahasiswa dituntut untuk dapat berpikir jernih dan tidak mengedepankan emosi sesaat. Sekalipun situasi dan kondisi panas serta tegang, kemampuan pengendalian diri tetap harus terjaga. Selain itu, dalam mengemukakan pendapat dan atau ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain, mahasiswa dituntut untuk bersikap sopan menggunakan bahasa yang sopan, menghargai lawan diskusi, dan dapat memberikan data yang akurat.

Bulan Juni 2021, kita dikejutkan dengan sebuah postingan dari BEM salah satu universitas di Indonesia. Mereka mengkritik keras kebijakan Presiden Jokowi. Sangat disayangkan kritik yang diberikan bukan suatu kritik yang membangun dan tidak memberikan solusi. 

Padahal sesuai dengan uraian di atas, sebagai seorang mahasiswa kita diharapkan untuk memberikan kritik maupun pendapat dengan cara yang sopan dan juga diharapkan untuk dapat memberikan solusi sesuai dengan permasalahan yang ada.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah kita saat ini sangatlah banyak dan berat. Apalagi sejak 11 Maret 2020 WHO menyatakan dunia dalam kondisi pandemi akibat virus Covid-19. Suatu keadaan bencana yang dahsyat pengaruhnya. Kondisi yang membuat kita harus mengubah tatanan kehidupan.

Negara Indonesia sendiri tidak luput dari bencana pandemi ini. Di mana tingkat penularan dan kematian cukup tinggi. Terlebih setelah merebaknya varian Delta yang jauh lebih tinggi virulensinya. Hal ini dipersulit oleh tatanan hidup yang komunal dan kekurangtertiban masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Diperberat pula dengan adanya masyarakat yang tidak mempercayai keberadaan virus ini.

Dalam kehidupan demokrasi, kita juga dituntut untuk memiliki ketulusan hati. Siapapun juga yang menjadi pemimpin dalam proses demokrasi, tetap kita hormati sebagai pemimpin. Sekalipun sosok tersebut bukanlah sosok yang menjadi pilihan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun