" Melamun nak?" tegur seseorang dibelakangku,saat lamunanku hampir ,mebuat aku menjadi patung hidup.
" Oh...tidak..hanya memandangi ikan terbang yang adu cepat dengan kapal ini,itu...itu pak" aku mengalihkan pembicaraan ...
" Oooh...banyak sekaliii !!! Neny...sini! Lihat ikan terbang!"
Bapak itu terkagum kagum dan berseru memanggil puterinya..Dari kejauhan,seorang gadis menyahut
" Bosan lihatnya ,yaah....Biasanya buat makan pagi,untuk lauk kasoami ( semacam parutan singkong dikukus)"
Ayah gadis itu tidak menunggu puterinya lagi,ia puas bicara ditemani aku
" Ayah lahir besar di Jakarta,tentu kagum lihat hal seperti ini ....wuiiih! Sebesar lengan....!
Eh,Nenny! ..kita main kartu saja,mumpung ada teman..!!" serunya. Kali ini puterinya mendekat dan ketika melihatku ,ia mendekatiku untuk bersalaman.
Karena aku memang butuh teman supaya tidak melamun,terpaksa akupun menurut bermain kartu berempat,yang seorang adalah Edy ,ia kakak laki lski Neny.
Memang di dek itu tempat penumpang kelas ekonomi tempatnya...kami seperti satwa yang kamar dan halamannya jadi satu.
Ditikar bawaan mereka,kami bermain
" Saya tinggal di Roxi,kalau sudah di Jakarta,singgahlah disana" kata Neny saat usai bermain sebab ransum makan.suang mulai dibagikan
" Insya Allah...ayahmu pekerja apa ?" tanyaku sambil menuang teh ke gelasnya
"eiit..jangan kebanyakan,nanti persedian kita habis sebelum mendarat..." serunya,aku baru sadar bahwa seorang gadis selalu berhati hati..he...he...he
" Ayahku seorang polisi.Ibuku dari Bu Bau,bertemu ayah di perantauan.Baru dua kali ayah ke kampung ibu..." jawabnya setelah tehnya batal kutuang penuh digelas
" Eh,kamu koq sendiri?Kalau cari kerja di Jakarta,minta tolong ayah saja,banyak kenalan" tiba tiba ia seperti seorang kakak pada adiknya