Mohon tunggu...
gabriele richard
gabriele richard Mohon Tunggu... Wiraswasta - Komponis,arranger,musisi,penulis

Lahir di kota Purbalingga 15 Mei 1966 Ayah mantan TNI yang pensiun dini untuk mengabdi di dinas Kabupaten Purbalingga,wafat tahun 1981 Ibu seorang wanita desa biasa ,wafat tahun 2016 Satu keluarga terdiri dari sembilan bersaudar,yang bungsu telah wafat di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seandainya Kancil Melahirkan Kerbau

28 Desember 2017   23:04 Diperbarui: 29 Desember 2017   21:13 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"Coba perhatikan anak anak.....bapak sudah mengajarkan kepada  kalian ,bagaimana cara menggambar hewan yang paling sering kita saksikan disekitar kita.....nah,hewan apakah itu?" tanya bapak guru berambut uban penuh tetapi bermotif ABRI.

 Aku hampir menunjukkan jari,tetapi aku merasa ada yang sangat gatal di bagian betis ..semakin ingin menggaruk,semakin terasa pedih...dan  aku menyerah,aku batal menjawab bahwa hewan itu adalah kerbau.Tentu kawan kawan yang lain berebutan menjawab hewan yang dimaksud  oleh pertanyaan bapak guru.Saat itu usiaku belum genap sembilan  tahun dan masih duduk di sekolah dasar negeri yang agak jauh dari rumahku.

Untuk bersekolah aku harus melewati sebidang tanah kuburan umum,kadang aku memintas jalan melewati suangi kecil,kadang mengikuti jalan raya dan membelok di jalan kecil menuju gedung sekolahku yang masih baru.

Aku menderoita eksim kambuhan,usai aku dililit ular pada waktu aku masih bayi di gendongan ibuku.Dampak lilitan ular berbisa itu adalah eksim kering dan kadang menjadi basah terus menerus kambuh kambuhan.Teman temanku menjauhiku.

Dalam penderitaan teroisolir dari pergaulan kanak kanak dan dewasa,hanya satu yang masih sangat menyelamatkan segala penderitaan itu.Ibuku yang rajin mengolesi eksimku  dengan penisilin dan kadang dengan pil yang ditumbuk dan di campur minyak goreng,ia mengobatiku.Rasanya,saat itu aku telah melihat dewi kahyangan yang nyata yang segala galanya membuat aku merasa nyaman ,damai dan tenteram

Suatu siang,aku sedang mebantu ibuku mencuci peralatan makan minum yang kotor bekas pakai Kadang aku hanya memompa air yang hanya dapat kami peroleh dengan pompa manual,sementara ibuku mencucinya,itupun jika kakiku sedang kambuh parah.Dan siang itu,aku sungguh sangat syok,sebab ibuku yang seperti dewi syurga itu sedang merasa panik dan ia tanpa menangis membawa sepiring nasi yang bekas tumpah serta gelas minum besar milik ayah yang isinya tinggal seperempat,itupun bekas tumpah.Sementara ketika aku mejenguk kearah ruang makan,ayahku sedang menunjukkan sikap amarah luar biasa dan memandangku tajam seperti hendak menelan mentah mentah.Akupun lari dan mendekati ibuku,aku menatap dengan perasaan tidak menentu memandang wajah ibuku yang hanya menatap lantai tanpa bergenming....

Aku mengerti..beliau syok dengan perbuatan ayah.Ayahku murka entah apa sebabnya dan baru petama kali aku melihat kemurkaan ayahku.Sesaat kemudian  ia  memandangi kakiku dan mebolesi dengan minyak bercampur tumbukan pil ,enath pil apa waktu itu.Hebat... hebat sekali ibuku...tanpa marah kepada yang memurkainya,masih mempedulikan deiritaku dalm derita bathinnya,semua berlalu tanpa air mata....

Suatu sore di saat aku sudah berusia  12 tahun,aku mendengar isak tangis wanita seraya memohon ampun berkali kali kepad ayahku.Ibuku hanya mendengar dari balik kamarnya,dan aku mendekati wanita itu,...Ia adalah kakak perempuanku yang lahir dari isteri ayah sebelum ibuku.

" Ayah..sama sekali saya tidak memohon harta apa apa dari ayah...tanah,rumah dan apa apa yang pernah ayah tinggali bersama ibu ,saya tidak menginginkannya............Saya hanya ingin melihat ayah dan adik adikku bahagia ....." Ucap kakakku disela air matanya yang semakin mengalir deras...

" Siapa yang menyuruh para tetangga  menganjurkan ayah untuk  memberimu sebidang tanah di samping rumah ini ?" Tanya ayahku yang merasa ditagih warisan  melalui tetangga tetangga yang sepuh.

" Saya tidak tahu ,ayah....saya tidak inginkan itu ,ayah..." Jawab akkaku dan ayahku menhela nafas...Ia mengenali watak puterinya yang sangat mulia dan rajin beribadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun