Mohon tunggu...
Humaniora

Menyoal Kemanusiaan di Palu

15 Mei 2019   18:56 Diperbarui: 15 Mei 2019   19:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Padamnya aliran listrik, akses komunikasi terbatas, akses alat berat terbatas, kondisi jalan rusak juga menghambat proses pengiriman alat dan barang ke daerah gempa. Apalagi, daerah yang terdampak gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018 itu sangat luas. 

"Begitu sulitnya kita menuju akses (daerah terdampak), karena di beberapa tempat jalan menuju ke sana memang longsor, jalannya rusak," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (1/10/2018). 

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, tidak meratanya penyaluran bantuan lantaran para relawan, organisasi kemasyarakatan maupun individu tidak melakukan koordinasi dengan aparat keamanan setempat. 

"Kalau boleh nganternya terkoordinasi dengan baik. Jangan satu orang mau ngirim. Mending gabungan berangkat sama-sama," ujarnya di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (1/10). Dia menerangkan, saat ini sudah dibuka posko-posko pengungsian dan untuk penyaluran bantuan. "Koordinasi dengan posko lah. Kalau satu-satu, personel Polri dan TNI, terbatas," ketus Setyo.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka diperlukan:

Dibukanya posko-posko pengungsian yang sudah mencakup keperluan darurat, keperluan pokok para korban, seperti tim medis, dapur umum, dan lainnya. Misal luas area terkena dampak 478 km persegi, posko dibangun setiap 20 km persegi, dimana tiap posko sudah ada dapur umum, MCK, unit medis, tenda darurat.

Sedangkan untuk mengatasi jalan yang rusak, pengiriman dilakukan lewat jalur udara, lewat helicopter, karena jalan darat yang kurang mendukung. Penyaluran bantuan melalui helicopter dilakukan per posko dengan cara diturunkan untuk 2 posko, atau jika jalan darat sama sekali tidak mungkin, bantuan diturunkan per posko.

Mengatasi masalah tempat tinggal korban, juga diperlukannya pembangunan tenda-tenda darurat. Akibat gempa, puluhan ribu rumah rusak, para korban kehilangan tempat tinggal, oleh karena itu diperlukan pembangunan tenda-tenda untuk menampung para  korban. Dengan kata lain, menjadi tempat tinggal sementara bagi korban.        

BAB III 

REFLEKSI

Menghadapi bencana alam yang menimpa Palu, Sulawesi Tengah, pemerintah dan warga Indonesia telah menunjukkan kesigapan dan mengeluarkan seluruh jerih payah. Buku-buku dan pembelajaran dari bencana alam di Aceh dan Yogyakarta dibuka kembali untuk menyegarkan ingatan. Bencana alam yang menimpa Palu ini dapat dikaitkan dengan kemanusiaan. Menanggapi berita ini, pemerintah dan masyarakat banyak yang turun tangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun