Bulan April lalu seorang mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM asal Rau HS ditemukan tewas di kamar kosnya, di daerah Depok Sleman. HS ditemukan tak bernyawa puluhan jam kemudian, setelah salah seorang kawan kos nya mencurigai keadaan senyap kamar HS. Meninggalnya HS menambah daftar panjang kematian mahasiswa di Jogja. Naasnya, kematian mereka baru terungkap beberapa saat kemudian. Beberapa jam hingga hari. Sensitifitas dan empati penghuni kos lainnya menjadi kunci pengungkap keadaan para korban.
Dilain waktu, seorang tetangga rumah pernah bercerita dirinya pernah memergoki beberapa orang asing yang lalu lalang dengan sepeda motor. Mereka tampak mengamati rumah satu dan lainnya. Entah polos saja atau memang hendak mengecek kepentingan orang asing itu, tetangga saya memutuskan menyapa mereka dan bertanya tentang keperluan mereka. Niat baik tetangga saya sayangnya tidak bersambut, karena kedua orang asing itu justru cepat-cepat pergi.
Kejadian-kejadian diatas menunjukkan bahwa keamanan dan keselarasan lingkungan sekitar berawal dari sikap-sikap sosial yang dimiliki tiap individu. Peristiwa atau musibah memang tidak dapat diprediksi, namun dapat diminimalisir. Sapa, senyum dan salam jadi kata-kata penting namun bermakna.
Dengan sapaan yang ramah pula, Bambang Soepijanto berniat mengenalkan diri pada masyarakat, khususnya wong Jogja. Bambang adalah mantan Dirjen Planologi dan kini menjabat ketua APKINDO. Karier cemerlangnya dimulai dari Jogjakarta di tahun 1980an, dengan menjadi petugas penyuluh penghijauan di Gunung Kidul. Kini Bambang berniat melayani masyarakat lagi dengan jalan menjadi anggota DPD RI mewakili DIY. Bambang bervisi untuk merawat keistimewaan Jogja dengan pembangunan yang selaras dengan nilai-nilai lokal.