Mohon tunggu...
Gabby Indrawati
Gabby Indrawati Mohon Tunggu... -

Calon CEO

Selanjutnya

Tutup

Trip

Maneka Rupa Tradisi Menyambut Maulid Nabi

20 November 2018   23:10 Diperbarui: 23 November 2018   05:10 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepanjang 35 hari terkhir, keraton Jogja menyelenggarakan Sekaten atau Pasar Malam Perayaan Sekaten kyat di Alun-alun Utara Jogjakarta. Pasar malam ini istimewa karena menjadi penyemarak perayaan Maulud Nabi Muhammad, atau kelahiran nabi.

Tradisi ini merupakan warisan dari masa kedatangan Islam di tanah Jawa. Para wali dan Raden Patah dari kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak menggabungkan syiar agama dengan kesenian, juga tradisi yang ada sebelumnya agar Islam semakin membumi di tanah Jawa.

Puncak perayaan Maulud adalah keluarnya galeman keraton, pembacaan riwayat Nabi yang esok harinya dilanjutkan Grebeg, yaitu arak-arakan gunungan: beraneka hasil bumi dan jajanan yang dibentuk seperti gunung.

Gunungan itu dibawa oleh prajurit keraton ke halaman Masjid Gede Kauman, Pura Pakualaman dan kompleks kantor Gubernur Kepatihan untuk kemudian diperebutkan masyarakat. Beberapa orang percaya bahwa hasil bumi atau jajanan yang berhasil mereka bawa akan membawa berkah.

Sebelum upacara Grebeg Maulud atau Muludan dimulai, keraton menyelenggarakan pasar malam atau Sekaten sebagai penanda akan datangnya bulan Maulud serta media syiar agama.

Menurut sumber, Sekaten dahulu berisi pertunjukan wayang, gamelan, dan kesenian lain yang disisipi ajaran Islam. Jaman semakin maju, ceramah agama dikumandangkan lewat menara syiar. Sementara sisi hiburannya semakin beragam. Mulai dari wahana hiburan, sirkus, atraksi ketangkasan, hingga memuaskan konsumerisme lewat belanja. Yang terkenal kian hari dari Sekaten adalah awul-awul atau pedagang pakaian bekas.

Menikmati hiburan atau berbelanja di Sekaten tidak lepas dari hasrat mengudap. Sebelum pentol, kebab, takoyaki, telur gulung dan beraneka jajanan "kekinian" lainnya, Sekaten sudah punya beberapa kuliner khas yang hanya bisa ditemukan atau menjadi signature dish.

Makanan-makanan ini adalah sego gurih atau nasi gurih, endog abang/telur merah serta bolang-baling dan aneka gorengan. Nasi gurih Maulud biasa dijajakan para pedagang di sekitar Masjid Gede Kauman. Beras yang dimasak dengan santan dan bumbu mirip nasi uduk atau sego liwet Solo namun tanpa kuah areh atau santan kental.

Nasi gurih disandingkan dengan aneka lauk pauk : suwiran ayam kampung, kacang kedelai goreng, kering tempe atau sambel goreng tempe, irisan telur dadar, serta lalapan. Menurut kepercayaan, nasi gurih melambangkan keberkahan dan memanjangkan usia. Sedangkan endog abang adalah telur ayam rebus yang diberi pewarna merah. Konon, endog abang bermakna awal dan semangat baru.

Sementara itu, bolang-baling dan aneka gorengan juga menjadi salah satu kuliner khas yang bisa ditemui di Sekaten. Bolang-baling adalah sejenis Cakwe namun rasanya manis, tebal dan sedikit kenyal.

Selain bolang-baling para pedagang dadakan ini juga menjual donat, tahu petis, onde-onde, martabak, dan lumpia. Pedagang bolang-baling Sekaten semakin banyak dari tahun ke tahun. Mereka juga kompak menamakan gerainya dengan nama dagang "Populair". Entah mana yang pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun