Mohon tunggu...
Gabby Indrawati
Gabby Indrawati Mohon Tunggu... -

Calon CEO

Selanjutnya

Tutup

Nature

Problematik Plastik

17 November 2018   13:00 Diperbarui: 17 November 2018   13:08 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu mengenai sampah sepertinya akan abadi, sepanjang perjalanan manusia di muka bumi. Sampah yang tidak terolah melalui mekanisme pengelolaan sampah pemerintah juga akan berakhir di sembarang tempat. Halaman kosong atau kebun tak bertuan misalnya. Kerap kita jumpai menjadi Tempat Pembuangan Sampah teredekat. Jika sudah begini, warga setempat biasanya bertindak dengan memasang himbauan bernada keras dan mengutuk.

Tak Cuma menjadi masalah di daratan, sampah utamanya plasti menjadi sumber petaka di laut. Padahal, laut merupakan kawasan terluas di bumi. Berawal dari tercemarnya sungai oleh limbah dan sampah, hingga terseret ke samudera rayaPeristiwa ini jelas Cuma sekelumit petaka yang dibawa sampah plastic di laut.

Plastik memang primadona untuk menjadi bahan dasar berbagai peralatan manusia. Dari peralatan rumah tangga, elektronik, keperluan industry dan lain-lain. 

Manusia modern begitu terikat dengan plastic karena sifatnya yang ringan, murah, dan tahan lama. Menurut Vice Indonesia, Negara ini memproduksi sekitar 5.6 juta ton plastic setiap tahun dan baru 10% yang bisa didaur ulang. Dapat dibayangkan berapa banyak sampah yang dihasilkannya kemudian.  

Ratusan juta ton sampah itu tidak akan menghilang begitu saja dalam beberapa tahun. Perlu ribuan tahun untuk akhirnya terurai. Reportase Vice Indonesia beberapa waktu silam memperlihatkan sampah plastic di lautan akan terurai oleh bakteri, sinar UV, gelombang dan panas, namun tidak sepenuhnya hilang. Plastik terpecah menjadi mikroplastik, yaitu kepingan berukuran mikro, cukup kecil untuk bisa masuk dalam tubuh hewan laut yang kita konsumsi sehari-hari.

Ancaman ini terjadi sangat mungkin terjadi pada perairan didekat  kita. Pantai Parangtritis di selatan Jogja pernah kedatangan puluhan ton sampah di awal tahun 2017. Sampah-sampah itu berasal dari sungai-sungai yang melintasi Provinsi Jogjakarta. Fenomena ini menurut Unit Pelaksanaan Kerja (UPK) Prangtritis , Dinas Pariwisata Bantul terjadi setiap musim hujan tiba. Ditambah lagi waktu-waktu itu adalah musim ramai liburan akhir tahun.

Sebegitu besar bahaya sampah plastic, namun semua bisa diminalisir dengan pengelolaan sampah yang lebih baik di daratan. Sungai, sebagai saluran alami peredaran air menuju lautan bisa menjadi titik awal mengurai masalah. Diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah kemudian, terutama para elite yang punya perhatian terhadap lingkungan. 

Sebagai seorang rimbawan ,Bambang Soepijanto tentu punya kapabilitas untuk menghadapi isu-isu lingkungan. Bambang Soepijanto yang lahir di Situbondo 52 tahun yang lalu adalah mantan Kepala Sub-Balai KLTH Bali kemudian menjadi Direktur Jendral Planologi Kehutanan yang jabatannya ia tinggalkan tahun 2015 dan terakhir Staff Khusus Bidang Hubungan Kelembagaan di Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB).

Jabatan-jabatan tinggi itu bermula dari pekerjaan sederhana yaitu penyuluh penghijauan di Desa Kepek Gunung Kidul ditahun 1980an. Bambang Soepijanto juga pernah menjadi kepala Balai Pengelolaan DAS Serayu Opak. Berbekal perpaduan antara pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinannya selama 30 tahun, Bambang Soepijato sedang bersiap untuk membawa aspirasi masyarakat DIY di nasional dengan menjadi calon Dewan Perwakilan Daerah. 

Berbekal falsafah ora gumunan atau tidak mudah silau akan jabatan, selama kariernya Bambang Soepijanto focus pada pemecahan masalah atau mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. 

Sebagai wakil masyarakat Jogja di tingkat nasional, ia bertekad menjadi abdi dalem masyarakat Jogja untuk menyalurkan aspirasi dan merealisasikan program-program pembangunan yang sesuai dengan karakteristik wilayah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun