Mohon tunggu...
Irfani Zukhrufillah
Irfani Zukhrufillah Mohon Tunggu... Dosen - dosen

seorang ibu dua anak yang sedang belajar mendidik siswa tak berseragam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Jawa "Kemalan" Dipuji

12 Desember 2017   13:56 Diperbarui: 12 Desember 2017   13:59 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat merantau di pulau Borneo,kami bertetangga dengan orang Padang. Sama-sama di rantau membuat kami dekat. Terlebih tetangga tidak terlalu banyak juga. 

Suatu ketika berbelanjalah kami di Paman sayur keliling. Tetangga lain yang kebetulan mempunyai bayi pun ikut nimbrung. Salah seorang tetangga lain memuji si kecil 'cantiknya...abis mandi ya?' Mamah si kecil pun tersenyum mengiyakan. 

Tante Padang lantas bercerita tentang tradisi Padang yang melarang untuk memuji anak kecil dengan sebutan pujian layaknya cantik, tampan, pandai, dll. Kami bertiga yang notabene nya orang Jawa lantas kaget. Kami pun meminta penjelasan lebih lanjut dari tante padang. 

Beliau menjelaskan bahwa di Padang tidak diperkenankan memuji dengan kata pujian. Jikalau ingin memuji maka menggunakan kata anonimnya. Misal cantik/tampan menjadi jelek. Jadi jika ingin memuji anak kecil 'Amboy.. jeleknya'. 

Kami bertiga kaget dan terheran-heran dengan tradisi tersebut. Tapi kami menyadari bahwa masing-masing tradisi memiliki budaya lokal masing-masing sehingga wajar menurut masyarakat setempat. 

Melihat tradisi ini lantas teringat dengan salah satu pernyataan dosen saya sewaktu kuliah S2. Beliau berkata bahwa orang Jawa gemar 'dipangku' diayun-ayun, dipuji-puji membuatnya luluh dan 'manut'. Itulah yang dahulu digunakan oleh kompeni londo mendapatkan simpati orang Jawa. 

Hingga hari ini pun nampaknya kesenangan seperti ini masih cukup melekat di beberapa orang. Terbukti dengan masih lebih besarnya rasa 'sungkan' ketimbang mengatakan apa adanya. Tidak jarang kita temui orang Jawa perkataannya diperhalus. Sehingga tidak jarang orang Jawa kaget jika berhadapan dengan orang luar Jawa yang terkesan apa adanya baik dalam bertutur kata. 

Tidak jarang pula kita dapati statement, orang Jawa bakal gagal kalo pingin jadi pengacara/hakim. Karena kurangnya rasa tegas dalam menghadapi klien. 

Namun terlepas dari itu semua, orang Jawa tetaplah memiliki keunggulan dalam banyak hal. Salah satunya tingginya kemampuan bertahan hidup dan tingginya kemampuan nalar.

Hidup Jawa. Saya pun orang Jawa tulen,hehe. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun