Mohon tunggu...
Kezia Yung
Kezia Yung Mohon Tunggu... Operator - Kisah saya selama di Papua

halo saya kezia mahasiswa kedokteran dari Papua!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Papua, Cahaya dari Timur

30 Juli 2021   14:22 Diperbarui: 30 Juli 2021   15:09 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya dari timur.

Kalimat yang menggambarkan  berbagai kenangan juga perasaan. Mengantarkan saya kembali pulang ke negeri di ujung timur Indonesia . Menyebrangi ribuan pulau , mengarungi hamparan luas laut nusantara untuk menggapai Papua . Pulau indah yang telah mewarnai tahun-tahun dalam hidup saya dengan harta yang begitu berharga.


Hari itu, dari atas pesawat, saya memerhatikan deretan pegunungan yang bagian puncaknya menembus batasan langit seakan hendak menggapai mentari. Puncak gunung di atas awan itu memantulkan sinar keemasan, namun masih samar karena tertutup oleh awan. Dari ketinggian tersebut , awan seakan berusaha menyembunyikan permatanya. Burung logam yang saya tumpangi menolak untuk kalah, Ia terus terbang menembus hamparan kapas putih yang membatasi lingkup pandang kami. Satu demi satu awan kami terobos dan akhirnya mata saya dapat menangkap pemandangan yang begitu indah secara menyeluruh.

Deretan bukit  yang  bersatu-padu dan dikelilingi sungai bercabang layaknya gerombolan ular yang berlomba mencari mangsa . Hamparan karpet hijau yang memberi kesegaran bagi siapa saja yang memperhatikannya . Memamerkan kemolekannya dengan membentang luas sejauh mata memandang . 

Berbagai jenis burung  dalam buku ensiklopedia yang belum pernah saya lihat secara langsung , menunjukan wujud nyatanya dan beradu kecepatan terbangnya dengan pesawat saya. Tak mau kalah , danau sejernih kaca memantulkan refleksi dunia diatasnya , warna biru kehijauan menjadi daya tariknya. 

Perumahan penduduk terlihat begitu mungil berdampingan dengan alam bebas di sekitarnya. Saya tidak berhenti berdecak kagum mengamati pemandangan tersebut . Seperti  di negeri dongeng rasanya. Tempat ini layaknya surga yang jatuh ke bumi. Surga di timur matahari.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Pemandangan ini mengingatkan saya pada petualangan saya sewaktu masih belia. Waktu kecil saya berambisi untuk mengejar ujung pelangi , namun tidak pernah benar-benar menemukannya. Saya hampir menyerah . Namun , detik dimana pesawat saya menapakan kakinya di bumi . Tepat ketika cahaya mentari menyelinap masuk melalui celah pesawat berusaha menyambut kedatangan saya di Papua. Saya merasa telah mencapai ujung pelangi . Belum pernah saya melihat pemandangan pagi seindah itu. Suara burung berkicauan , sinar mentari yang hangat di permukaan kulit , hingga udara yang begitu  bersih tanpa polusi . Sungguh damai dan menakjubkan . Saya tidak menyangka selama ini , tempat seindah ini ada di Indonesia.

Namun , rasanya seperti dibawa kembali ke realita ketika saya memerhatikan para petugas bandara dan masyarakat yang sedang berada di bandara tersebut. Rasa takut menyelimuti  saya , rasa cemas berjalan sejalan dengan langkah saya . Semua bersatu-padu menjadi satu. Rasanya seperti berada di tempat yang seharusnya tidak saya datangi , bagai tamu tak diundang. Akan tetapi , semua itu ternyata hanya kecemasan semu yang menghantui benak saya. Buyar sudah praduga negatif saya tentang masyarakat papua ketika salah satu dari orang asing yang tidak saya kenal tersenyum dan mengucapkan salam kepada pendatang baru ini.

 Penampilan fisik mereka yang terlihat tidak ramah begitu menipu dan mengelabuhi , hanya sebatas praduga tanpa bukti.Tersadar dari pemikiran tersebut , saya berdecak kagum menyadari semua orang saling tersenyum dan menyapa kepada satu sama lain. Sungguh pengalaman yang belum pernah saya alami , bahkan terasa sedikit aneh bagi saya. 

Keramahan ini begitu hangat .

Perasaan yang asing bagi saya yang terbiasa dengan sikap acuh terhadap sesama pengguna jalan di kota besar tempat tinggal saya sebelumnya. Aura ketulusan begitu terpancar dari senyum mereka. Keramahan ini begitu mengagetkan saya. Membatalkan semua praduga saya tentang masyarakat Papua. Kandas semua spekulasi yang saya buat. Tidak hanya disambut alam yang begitu indah , namun saya juga disambut keindahan terbesar surga kecil di timur matahari ini . Tidak lain dan tidak bukan , saya disambut kehangatan yang terpancar nyata melalui manusia yang tinggal didalamnya.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk beradaptasi . Tempat tinggal saya di salah satu kota hujan di Provinsi Papua bisa jadi saksi. Setiap sisi kota ini memberikan saya kenangan,pengalaman , dan mengajarkan begitu banyak pelajaran .

Di kota ini saya belajar untuk menemukan kebahagian melalui berbagai hal sederhana seperti sapaan di pagi hari , tindakan kasih saat berbagi hasil panen dari kebun , hingga hadiah daging gratis seusai perayaan adat yang tetangga saya adakan. Tindakan kasih yang saya rasakan ini membuat saya merasa seperti pulang ke rumah. Papua menjadi rumah bagi saya . Saya belajar untuk tidak hanya menerima namun juga memberi . Saya yang selama ini merasa sudah cukup membantu orang lain , dibuat malu dengan ketulusan hati mereka yang giat berbagi kepada orang lain. Bahkan mereka memberi walaupun mereka sendiri  tidak memiliki banyak. Sinar ketulusan dan harapan tergambar dalam cahaya mata mereka.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun