Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengurai Problem Permukiman dengan RISHA

16 Mei 2015   05:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES

[caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Mengurai Problem Permukiman dengan RISHA"][/caption]

Dr. Fasli Jalal selaku Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pernah menyatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih sangat tinggi. "Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah empat juta jiwa, kondisi ini sangat memprihatinkan," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di Jakarta, (Antara, 30/4). Tentu saja pertumbuhan penduduk yang sangat cepat mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal juga melejit cepat.

Di sisi lain terjadi gap yang pada harga rumah yang melesat kencang bak peluru meninggalkan daya beli masyarakat yang semakin rendah. Program pemerintah dengan kredit kepemilikan rumah pun baru bisa menjangkau 15% dari kebutuhan rumah setiap tahunnya.  Menurut Real Estat Indonesia (REI), kekurangan rumah (backlog) di Indonesia mencapai 15 juta unit. Jumlah yang sangat besar.

Untuk menanggulangi itu, Kementrian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) mencanangkan program 100-0-100. Program ini adalah program untuk mempercepat tercapainya program permukiman hingga tahun 2019. Iwan Suprijanto, ST, MT selaku Kepala Bidang Program dan Kerjasama mengatakan, “Kita berharap di 2019 nanti, masyarakat Indonesia bisa merasakan 100 % akses air minum, 0% luasan kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi.”

[caption id="" align="aligncenter" width="471" caption="Penjelasan Road to 100-0-100"][/caption]

Program ini juga merupakan dukungan atas program Presiden yang dituangkan dalam Nawacita. Salah satu dari program itu adalah pemenuhan infrastuktur dasar. jadi masyarakat harus mendapatkan rumah yang layak, akses air minum yang layak dan memperoleh akses sanitasi yang layak. Cita-cita itulah yang melahirkan program 100-0-100.

Untuk mencapai program 100-0-100 itu dilakukanlah berbagai riset dan penelitian dalam bidang permukiman. Hasil ini kemudian disampaikan dalam kolokium dengan tema “Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan.”

Masyarakat tak perlu khawatir dengan teknologi dan inovasi dari Kemen PUPR karena semuanya berdasarkan riset yang ketat dan terukur serta terjamin mutunya. Teknologi ini juga sudah siap diaplikasikan secara massal. Iwan mengungkapkan, “Kami sudah mengembangkan teknologi dan bahkan sudah ada yang digarap secara massal dan bisa diaplikasikan ke masyarakat. Kami juga terus mendorong agar inovasi ini bisa dipakai secara luas.”

[caption id="" align="aligncenter" width="428" caption="Rusuna Di Cimahi yang menggunakan teknologi C-Plus dan Kampung Deret yang mengaplikasikan RISHA"][/caption]

Dari riset itu muncullah nama-nama cantik yang diharapkan bisa menarik masyarakat untuk menggunakan teknologi yang murah dan ramah lingkungan ini. Ada rumah instan yang disebut dengan RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat).

Menurut Budiono, ada syarat yang harus dipenuhi agar teknologi itu bisa secantik namanya dan kemudian dipergunakan oleh masyarakat. Budiono menyebut syaratnya itu dengan sebutan BMW yang mewakili sifat Biaya murah, Mutu yang terjamin dan waktu yang cepat. Dan RISHA memenuhi ketiga syarat itu.

Jika RISHA berbasis beton bertulang sementara RIKA (Rumah Instan Kayu)–seperti terlihat dari namanya menggunakan kayu olahan. Berdasarkan pada hasil penelitian dan aplikasinya di beberapa tempat, keduanya memiliki daya tahan yang bisa diandalkan.

RISHA adalah teknologi pracetak yang dapat dibongkar pasang (Knock Down). Karena menggunakan teknologi knock down, RISHA dapat dibangun dalam waktu kurang lebih hanya 7 hari. Bahkah menurut Budiono S, jika semua komponen tersedia, RISHA (tipe 36) ini bisa dibangun dalam waktu 24 jam saja.

[caption id="" align="aligncenter" width="486" caption="Mengurai Problem Permukiman dengan RISHA"][/caption]

Seperti namanya, RIKA dan RISHA ini juga ramah lingkungan dan terjangkau bagi masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Bagaimana mutunya? Jangan khawatir. RIKA dan RISHA ini sudah mendapatkan sertifikat SNI dan proses aplikasinya selalu diawasi pihak PUSKIM.

Penelitian Konsep RISHA dan RIKA ini sebetulnya sudah dilakukan pada tahun 2002-2004. Launching RISHA ini dilakukan tanggal 20-12-2004, beberapa hari sebelum tsunami. Ketika aceh diluluh lantakan tsunami, konsep rumah RISHA ini diterapkan di sana. Tak kuran dari 12.000 rumah dibangun dengan konsep instan ini. Maka dari itu, kontruksi RISHA sudah dirancang juga untuk tahan gempa. Harga per unit dari RISHAdan RIKA untuk rumah tipe 36 dibandrol pada kitaran Rp 50 juta (di luar tanah)

Selain di NAD, RISHA ini juga diterapkan pada Rumah Deret Petogogan saat Jokowi menjabar sebagai gubernur DKI. Sekarang, Kampung Deret yang dulu kumuh menjadi asri dan nyaman.

Rumah Susun Sederhana (Rusuna) di Cigugur-Cimahi Jawa Barat juga mengadopsi teknologi lanjutan dari RISHA. RUSUNA Cigugur, merupakan rumah susun percontohan, dengan konsep desain rumah berbasis rendah emisi dan memanfaatkan teknologi konstruksi C- Plus. Rendahnya emisi dicapai melalui desain bangunan serta desain kawasan yang tepat.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Aplikasi RIKA di PUSKIM"][/caption]

Mengingat kebutuhan rumah yang semakin meningkat, maka terbukalah kesempatan bagi yang ingin menjadi aplikator juga. Aplikator adalah pembuat panel-panel RISHA. Saat ini baru empat aplikator RISHA di Indonesia. Syaratnya cukup mengajukan surat permohonan saja ditujukan Kepada Kepala Puslitbang Permukiman(Kementerian Pekerjaaan Umum). Setelah disetujui, akan diberikan pelatihan selama 4 hari. Aplikator juga masih dibebaskan dari pembayaran royalti.

Bagi yang menginginkan informasi lebih lanjut bisa menghubungi nomor telepon 022-7798393 fax : 022 7798392 / Email : info@puskim.pu.go.id atau langsung datang ke kantor Puslitbangkim Kemenpupera di Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Mengurai Problem Permukiman dengan RISHA"][/caption]

Green Building

Nangkring kali ini dilaksanakan di Kampus Wisma Praniti jalan Turangga. Menurut Iwan, Gedung ini tidak sekedar kantor atau litbang, lebih dari itu gedung megah dan asri ini adalah contoh pengaplikasian Green building yang didukung oleh sarana dan prasana berwawasan lingkungan di wilayah Kementrian PUPR.

Gedung Grha Wiksa Praniti dirancang dengan konsep green building yang menerapkan teknologi hasil litbang yang ramah lingkungan dan sesuai dengan kondisi iklim setempat. Gedung besar ini tetap sejuk tanpa menggunakan AC. Tata air Zero Run-off  untuk pemanfaatan air hujan dengan sub reservoir dan sumur resapan mampu menahan dan menangkap air sehingga air tidak keluar dari wilayah gedung tersebut.

Saat ini, gedung Graha Wiksa Praniti dijadikan kantor penelitian dan pengembangan atau litbang Kementerian Pekerjaan Umum Bangunan ini tampil dengan berbagai fungsi seperti ruang konvensi, ruang pamer dan ruang rapat.

[caption id="" align="aligncenter" width="466" caption="Mengurai Problem Permukiman dengan RISHA"][/caption]

Sarbidi, ST, MT (Peneliti Bidang Air Minum & Penyehatan Lingkungan atau AMPLP) menjelaskan bahwa rumah sebagus apapun tidak akan lengkap tanpa sanitasi yang baik. Oleh karena itu dalam progragm 100-0-100, sanitasi juga mesti sampai 100 persen layak buat manusia yang ada di lingkungan tersebut.

Sarbidi juga menjelaskan bahwa fungsi sub-reservoir di gedung Wiksan Praniti ini berfungsi sebagai penampung air hujan dan resapan air. Penampungan ini menjadi pemasok air untuk seluruh kawasan gedung terutama di musim kemarau. Sub-reservoir juga berfungsi untuk mengurangi genangan air hujan dan mendukung konservasi air tanah.

Penemu dan Pengembang RISHA

RISHA ditemukan dan dikembangkan oleh Prof (R) Dr.Ir. Arief Sabaruddin, CES. Saat ini, Arief menjadi peneliti utama dalam Bidang Perumahan. Ilmu dan keahlian yang dimiliki disalurkan juga melalui beragam karya tulisnya. Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, Perencanaan Rumah Tinggal ber-SNI, Perancangan Rumah Tinggal ber-SNI, A-Z Persyaratan Teknis Bangunan adalah beberapa buku yang dihasilkan. Untuk karya tulis ilmiah, beliau banyak menulis jurnal tentang bangunan hijau dan ramah lingkungan, serta berfokus pada permukiman di Indonesia. Tidak berhenti pada karya tulis saja, beliau juga menemukan sistem struktur pracetak T-Cap untuk bangunan gedung dan perumahan, sistem struktur pracetak sederhana RISHA untuk bangunan rumah sederhana sehat, dan sistem struktur CAKRA untuk rumah susun sampai dengan 5 lantai. Atas temuan Teknologi Pracetak Sederhana RISHA, Agustus 2005 Arief Sabaruddin mendapatkan penghargaan Satyalancana Pembangunan dari Presiden Republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun