Orang-orang yang gagap dan menganggap Iran hanya bersandiwara dengan Israel, khususnya sebagian umat Islam, sebenarnya sedang menghadapi serangan sakit jiwa berupa penyangkalan dan dissonansi kognitif.
Dissonansi kognitif adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa ketidaknyamanan atau kecemasan akibat adanya kontradiksi antara keyakinan, keinginan, atau nilai-nilai yang mereka miliki dengan kenyataan yang dihadapi. Dalam hal ini, individu tersebut sangat ingin melihat negara negara Islam jagoan mereka seperti Turki, Jordan, Mesir, atau bahkan Syiria baru di bawah Al Jolani. Ternyata negara negara rujukan itu malah lebih membela Israel ketimbang Palestina. Di sisi lain, setiap saat mereka melihat Iran yang merupakan negara Syiah adalah negara yang paling gigih membela Palestina dan melawan AS dan Zionis. Hal ini membuat mereka tidak nyaman, gelisah dan resah.Â
Untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut, mereka cari bahan untuk mereduksi dan menyangkal. Adalah Iran yang Syiah, dan distigma penuh kesesatan yang cocok untuk jadi pelampiasan impotensi peran itu. Mereka kemudian menyebut peran Iran, sebagai bagian dari drama belaka.
Jika penyangkalan dan dissonansi kognitif ini berlanjut dan mengganggu kehidupan sehari-hari, hal ini bisa berkembang menjadi masalah yang memerlukan perhatian lebih lanjut dari seorang profesional kesehatan mental. Atau, mungkin sering-seringlah membaca Surat Tri Qul untuk menenangkan jiwa yang tengah bergolak. Soalnya Iran akan terus terusan menghiasi langit Tel Aviv dengan kembang api.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI