Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haji? Persiapkan Pisik, Pesak dan Paseuk

14 Desember 2018   21:22 Diperbarui: 29 Desember 2018   15:33 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di sekitar Baitullah (dokpri)

Saya ingin memulai tulisan ini dengan cerita Cecep, seorang pemuda dengan pengalaman spiritual menarik. Cecep hidup dalam keluarga yang disebutnya adalah sebuah tragedi. Tragedi hidupnya membuat dia seperti layang-layang yang putus dari benangnya. Mabuk-mabukan adalah pekerjaannya tiap hari. Teman-temannya di tempat kerja ikut menjadi faktor keterpurukannya.

Cecep berontak dengan cara hidupnya yang rusak. Dia ingin memperbaikinya. Mulailah dia berpuasa dan shalat. Sering juga malu-malu dia meminta agar bisa berangkat ke Baitullah dan ziarah ke makam suci Nabi Muhammad. Dia bilang "malu-malu" karena diakuinya dia tak pantas untuk mendapat kehormatan itu.

Shalat di Baitullah, menjadi impian setiap mukmin (Dokpri)
Shalat di Baitullah, menjadi impian setiap mukmin (Dokpri)
Satu waktu, tempat kerjanya membagikan bonus bagi karyawannya, yaitu umroh. Seperti orang lain, Cecep tentu saja berharap bisa umroh walau pesimis bahwa orang sekotor dirinya akan bisa mendapat undangan dari Nabi terkasih berziarah kepadanya dan mengunjungi baitullah. Di selipan keraguannya, Cecep sempat bernazar akan berpuasa selama di Madinah dan Mekah jika bisa mendapatkan undian itu.

Nazarnya terdengar sampai ke arasy. Undian pertama jatuh atas namanya sementara lainnya jatuh pada temannya bernama Adrian. Sungguh dia tak bisa mempercayainya. Tuhan Mengundangnya? Ya, rupanya Tuhan menginginkan agar Cecep menggenapkan nazarnya. Dia mengundangnya untuk berziarah kepada Rasulullah dan Baitullah.

Jabal Nur, tempat Gua Hira (Dokpri)
Jabal Nur, tempat Gua Hira (Dokpri)
Suatu pagi di Mekah, dia berkata pada  saya, "Kang, saya sudah mantap untuk terus menjadi baik" lalu dia bercerita perjalanan mendaki Gunung Cahaya. "Di Gua Hira Jabal Nur tempat Rasulullah menyepi saya mendapat sesuatu yang saya cari" katanya. "Dapat apa?" tanya saya. "Selain ketenangan, saya mendapat sesuatu yang hanya akan menjadi milik saya" katanya enggan bercerita. ". "dapat apa sih?" desakku. "Ndak akan saya ceritakan" katanya. "Biar jadi pengalaman batin saya saja. Pokoknya saya sudah mantap".

Selain cecep ada banyak kisah orang-orang yang yang diundang dan dimampukan ke baitullah. Sebagian sudah saya tulis di Kompasiana. Silahkan untuk membacanya. Mungkin bisa menjadi inspirasi dan motivasi.

Bersama rombongan di Jamarat (Dokpri)
Bersama rombongan di Jamarat (Dokpri)
Berdasar pengalaman Cecep dan orang sejenisnya , ibadah haji (dan umroh) bukan semata masalah istitha'ah alias kemampuan finansial. Persiapan finansial tetap penting, namun ada hal yang sangat penting dan jadi rahasia besar dari ibadah puncak ini yaitu da'wah atau undangan. Ya, undangan dari yang punya rumah yaitu Allah SWT. Lho? Iya betul. Jika Allah Sudah mengundang, dia akan memampukan.

Nah bagaimana agar kita masuk undangan dari Sang Tuan Rumah? Memang tak bisa dipastikan kepada siapa saja undangan ilahi itu dibagikan. Yang jelas, undangan dibagikan kepada siapa saja yang mempersiapkan dirinya.  Yang bias kita lakukan adalah merawat kerinduan pada Baitullah dan  'pamer' kepada Allah bahwa dia siap saatnya berhaji serta mendapatkan undangannya.

Persiapan bisa dimulai dari yang sangat mudah. Merawat kerinduan ke Baitullah. Kerinduan seperti itu yang biasanya menjadi energi luar biasa dan merupakan gerbang besar menuju Baitullah. Salah seorang guruku bercerita tentang montir motor yang setiap memperbaiki motor selalu sambil baca talbiah -tentu saja dengan lirih. Tak dinyana tak diduga, kerinduannya terjawab. Ada seorang dermawan yang sering servis motor di tempatnya mendengarnya dan kemudian memberangkatkannya haji. Atau mungkin seperti teman saya yang menempelkan foto Baitullah dan makam Nabi. Setiap kali dia memandang foto-foto tersebut, dilantunkanlah doa agar bisa ibadah haji. Alhamdulillah, saat dia bisa berangkat haji, dia menelpon saya mengabarkan kegembiraannya. 

Siapa tak rindu? (Dokpri)
Siapa tak rindu? (Dokpri)
Selain merawat kerinduan seperti di atas, saya ingin menambahkan tiga hal yang perlu dipersiapkan untuk berhaji. Hal inipun masih selaras dengan menunjukan diri pada Allah bahwa sang hamba betul betul serius untuk bisa beribadah ke Baitullah.

Saya akan mengambil ajaran orang Sunda dalam mempersiapkan ibadah Haji. Menurut orang Sunda ada  tiga hal penting yang perlu dipersiapkan, pisik (orang sunda susah bisa bilang F), paseuk dan pesak. Apakah itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun