Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Infrastruktur Pak Jokowi Bernasib seperti Seven Eleven?

28 Juni 2017   07:23 Diperbarui: 30 Juni 2017   18:28 8992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bikin Sendiri

Tujuh belas tahun lalu saat pertama kali saya ke Taiwan saya mengenal yang namanya Seven Eleven (Sevel). saat itu di Indonesia, minuman dalam kemasan hanya identik dengan Brand Cola. Saya masih ingat dulu sempat kagum, kok banyak pilihan minuman dalam kemasan selain Merk Cola? Beberapa tahun kemudian baru kita mengenal minuman mulai dari teh, juice dan sejenisnya ada di minimarket di Indonesia. Ya memang kita tertinggal beberapa tahun di banding mereka saat itu. Bagaimana dengan saat ini? Kultur dan kebiasaan berbeda, menyebabkan konsep Sevel terbukti tidak cocok di Indonesia. Selalu mudah menganalisa setelah hal ini terjadi, sama seperti para komentator forex atau option yang seolah pandai menganalisa setelah kejadian. Tetapi membuat forecast? Rasio membuktikan 90% pemain forex dan option rugi.

Komparasi Sevel dan Infrastruktur Jokowi:

Kali ini kita membuat case Sevel untuk melakukan analisa komparatif dengan toll Pak Jokowi. Berkali - kali saya bilang toll trans jawa ini sebuah kesalahan. Ya kesalahan fatal yang menyebabkan kerugian luar biasa.

  • Service quality:

Secara teoritis service quality adalah faktor kuat yang membentuk satisfaction, trust, loyalty dan purchase intention, tetapi jangan lupa service quality membutuhkan cost. Dalam hal ini Seven Eleven memberi servis berlebih yang tidak diperlukan konsumen. Tempat nongkrong dan wifi gratis adalah mubazir. Tempat nongkrong hanya cocok jika itu identik dengan ruang tunggu, sedangkan lokasi Seven Eleven banyak terdapat di pinggir jalan raya tentu tidak cocok. Di Terminal, bandara, stasiun Sevel berhadapan dengan Indomart dan Alfamart yang lebih kuat secara brand dan harga lebih rendah. Wifi, dengan harga internet 50 ribu dapat 10GB apakah wifi gratis menarik? tentu saja tidak.

Toll jokowi: Beberapa ruas toll dibangun tanpa memperhatikan kebutuhan, terbukti beberapa toll trans Jawa yang baru relatif sepi dan sangat sepi. Hal ini tentu saja pemborosan, karena membangun jalan toll tidak murah.

  • Cashflow

Bisnis adalah soal cashflow, seberapa bagus service quality dan kuatnya brand, jika tidak dibarengi penjualan yang bagus, ujungnya adalah kesulitan cashflow. Sevel menyediakan fasilitas untuk orang yang hanya beli segelas kopi untuk nongkrong selama 3 jam, sedangkan di Indomart dan Alfamart, ibu Rumah tangga belanja harian dengan jumlah 100 ribu sd 300ribu hanya dalam 15 menit.

Toll Trans Jawa: Hanya meningkatkan konsumsi dan memudahkan penetrasi barang - barang import sampai ke pelosok desa - desa di Jawa. Jawa yang identik dengan jumlah penduduk banyak adalah pasar yang besar, tanpa campur tangan pemerintahpun, secara natural swasta akan tertarik mengeksplorasinya. Lebih baik uang itu digunakan untuk membuka resource di luar Jawa. Sudah jelas banyak resource di luar Jawa yang tidak bisa di optimalkan karena kendala infrastruktur.

Toll Laut

Toll laut adalah gagal paham pemerintah melihat potensi bangsa. Toll laut semata - mata diarahkan supaya barang dari luar Jawa ketika di jual/kirim ke Jawa menjadi murah. Ops terlalu Jawa Centris? Ya, mengapa barang dari luar jawa harus di kirim ke Jawa? Bukankah lebih baik diolah di daerah dan langsung saja di export ke luar negeri melalui pelabuhan - pelabuhan besar di daerah perbatasan? Bagaimana pelabuhan - pelabuhan itu bisa disinggahi kapal besar untuk export jika duitnya di habiskan untuk membangun Toll Trans Jawa dan Toll Laut yang Java Centris?

Ga Usah jualan Nawacita atau Trisakti atau apalah, bangsa ini perlu langkah nyata, bukan jualan jargon - jargon, jika prakteknya justru bertolak belakang.

Sekarang Apa?

Duit terlanjur sudah dibelanjakan, fase pembangunan gaya orde baru sudah setengah jalan, ada potensi kredit macet besar disana. Mungkin Pak Jokowi orang yang Jujur dan Baik, tetapi membangun bangsa dan menentukan arahnya tidak cukup jujur dan baik. Perlu visi yang jelas dan pengetahuan yang cukup supaya tahu caranya. Jika memang salah, kenapa takut berubah? lebih baik terlambat daripada makin tersesat. Supaya tidak seperti Seven Eleven.

Belajar dari China Lebih Detail

Ketika Pak Jokowi membanggakan toll trans Jawa, patokannya selalu China, yang dikatakan pertumbuhan panjang jalan toll di China menakjubkan. tetapi tidak mempelajari lebih detail, Jalan toll dibangun dimana?

Sumber: Google Map
Sumber: Google Map
Guangzhao, Shenzen, dll adalah kota kota besar yang baru tumbuh, berada di pinggi Laut China Selatan yang menjadi gerbang export negara tersebut. Dimana letak Beijing sebagai Ibukota Negara? Ada jauh di utara. Sangat berbeda konsep dengan Pak Jokowi yang membangun toll trans Jawa. Kalau menteri menteri ekonominya tidak paham, mending saya saja Pak yang jadi, hehehe...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun