Mohon tunggu...
futihat nurul karimah
futihat nurul karimah Mohon Tunggu... Lainnya - menulis itu, ya menulis

lahir 16 tahun lalu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Terlalu Cemas dengan Hasil Akhir

9 Oktober 2020   18:37 Diperbarui: 9 Oktober 2020   18:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

melihat rentetan nilai pembagian rapot, sebagian siswa tersenyum puas merasa bangga melihat jerih payahnya selama ini. ada pula yang harus menelan pil pahit sebab mendapat rentetan nilai tak memuaskan. tak hanya dalam konteks nilai pelajaran, nyatanya pada realita dunia, ada banyak nilai yang menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan.

sejak dulu, memang begitu bukan? angka menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan. setiap sektor kehidupan memiliki angka nya masing masing, tak peduli sesulit apapun proses, angka tetap primadona yang terus dipertanyakan. alih alih bertanya, bagaimana prosesnya, orang lebih tertarik mempertanyakan, bagaimana hasilnya? berapa skor akhirnya?

murid murid berlomba mendapat nilai tinggi, angka yang tinggi demi predikat kesuksesan pelajar. toh, wajar dewasa ini semua orang mengejar nilai. pada realitanya, memang hasil akhir yang menentukan segalanya. hari hari yang kita lalui dengan mengkaji buku, soal, materi, akan sirna jika pada akhirnya sebuah angka kecil tertera di atas hasil kertas ulangan. integritas perlahan luntur, karena nyatanya angka tinggi akan jauh dihargai, menganggap bahwa sebuah proses tak ada maknanya, jika hasil tak pernah menunjukan pesonanya.

dibanding diajari memaknai sebuah esensi pembelajaran, esensi pencapaian kehidupan, esensi kehidupan sosial, kita lebih sering dididik untuk memenuhi target akhir, standar akhir yang sudah diciptakan lingkungan.

seolah proses panjang melelahkan tidak pernah ada artinya. semua hanya berorientasi pada hasil akhir, lihat bagaimana saat kita menginjak bangku SMP, cemas menghantui, akan SMA dimana kita?

begitu memasuki masa SMA, lagi lagi kita cemas, akan berkuliah dimana kita nanti?

saat sudah berkuliah, cemas tak bosan bosannya hinggap, mempertanyakan dimana kita akan bekerja nanti?

dan semua pertanyaan ini tak akan pernah berakhir.

iya, wajar saja kita cemas dengan hasil akhir. wajar kita takut, pada masa depan, dimana kita akan berlabuh nanti. karena sadar atau tidak, lingkungan telah membentuk kita, seolah hasil akhir adalah segalanya. seolah tidak peduli seberat apapun proses, hasil akhir yang akan menentukan apa kamu layak disebut sukses ataupun gagal.

alih alih mengatakan, iya tidak apa apa mari kita nikmati kegagalan ini, dunia kerap menampar dengan realita lain, bahwa tidak ada yang baik baik saja dengan sebuah kegagalan.

alih alih mengatakan, iya mari kita nikmati semua proses ini, santai saja mari nikmati sejenak, kita justru kerap dicecar tak tanggung tanggumg karena tertatih dan berakhir tersungkur di akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun