Mohon tunggu...
Furqan Jurdi
Furqan Jurdi Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, pendengar dan penulis

Sampaikanlah keyakinanmu meskipun tidak disukai semua orang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Menilai Yusril Hanya untuk Pilpres 2019

9 November 2018   19:31 Diperbarui: 9 November 2018   19:36 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan mengenal Yusril ketika ia hanya tidak sependapat dengan Tim Prabowo-Sandi. Ketahuilah bahwa Yusril telah melegenda dalam sejarah hukum dan pembelaannya pada umat Islam, dan rakyat Indonesia.

Ia tampil sendiri dalam pembelaan itu, membela umat, membela buruh, membela yang di dzalimi, membela demokrasi lewat jalur konstitusional.

Meskipun partainya tidak memiliki perwakilan di Parlemen, ia memiliki kemampuan untuk membela secara personal, dan jarang politisi yang melakukan hal seperti itu dengan berani, hanya sedikit, dan yang lebih mencolok hanya Yusril.

Jadi jangan menilainnya hanya sebatas Pilpres 2019. Karena ketika penilaian itu kita lakukan, maka kita adalah manusia yang amnesia terhadap jasa orang.

Sikap Yusril memang sulit dibedakan, ia sebagai Ketua Umum PBB, juga sebagai Advokat. Pada keseluruhan masyarakat awam menilai itu merupakan pengkhianatan.

Saya sama sekali menolak penilaian itu. Pengkhianat itu adalah mereka yang dikasih amanah kemudian khianat. Kapan rakyat memberikan amanat kepada Yusril, atau paling tidak meloloskan partainya di Parlemen? Bukankah pembelaannya pada rakyat banyak, merupakan investasinya. Siapa sebenarnya yang berkhianat.?

Saya sepenuhnya berbeda apabila Prof. Yusril mendukung Jokowi-Kiyai Ma'ruf, tapi sebagai legenda hukum saya menghormatinya.

Maka melihat sikap Yusril harus memandang tajam ke Prabowo-Sandi. Karena disanalah umat dan ulama melabuhkan harapannya, lalu koalisi itu secara alamiah terbentuk dan secara informal disebut sebagai koalisi keummatan.

Harusnya koalisi keummatan adalah koalisi ideologis, yang lahir dari persamaan perjuangan dan menempuh pemilu secara bersama dan saling membuka jalan untuk sama-sama masuk Parlemen.

Yang terlihat di Prabowo-Sandi adalah koalisi kedekatan elit, yang rentan dengan peroecahan. Belajarlah dari Koalisi Merqh Putih, selsai pembagian kekuasaan maka semua pergi meninggalkan teman koalisinya.

Koalisi kedekatan elit, sangat rentan pecah apabila pembagian kekuasaan tidak merata. Saya menyebutnya Koalisi Pragmatis yang terancam gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun