Mohon tunggu...
furkanawati handani mbelo
furkanawati handani mbelo Mohon Tunggu... Mahasiswa - foto pribadi

Furkanawati Handani Mbelo asal NTT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Tinggal Guru Kekerasan

10 September 2017   15:32 Diperbarui: 10 September 2017   20:25 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapdi bertahun-tahun menjadi guru membuat mereka lupa akan artinya perubahan waktu. Hujan deras yang membasahi tubuh, terik matahari yang sangat panas membakar tubuh, batu kerikil yang menghantam kaki yang tidak pernah gentar untuk melangkah maju. Langkah demi langkah mereka lalui tanpa adanya rasa sakit di badan dan kaki. Karena rasa sakit tersebut sudah terhapus ketika melihat anak didik yang kehausan ilmu, yang ingin keluar dari zaman kebodohan.

Tindakan kekerasan tidak pernah henti-hentinya beliau lakukan untuk kita, dipukuli, ditampar, ditendang, dicemohi itu sudah biasa. Dipukuli karena tidak pernah masuk kesekolah, ditendang karena mengeluarkan kata-kata kasar kepada orangtua maupun guru atau melakukan tindakan yang membuat nama baik sekolah tercemar, dicemohi karena kita lupa kerja keras orangtua mencari nafkah untuk kita sekolah

Kita memang mengerti mereka (guru) tapi mereka (guru) sangat mengerti kita. Guru tahu apa yang kita pikirkan, guru sangat memperhatikan muridnya, guru sangat menyayangi kita, guru akan melakukan segala hal untuk kita. Tapi kita lupa akan hal tersebut.

Zaman semakin berubah, dulu guru berhak memukuli anak murud tapi itu dilakukan pasti adanya alasan yang sangat kuat, tapi sekarang peraturan mengatakan dilarang memukul anak didik. Apa yang terjadi dengan peraturan ini?

Akibat dari peraturan ini, banyak anak-anak melakukan tindakan diluar kewajaran. Mengeluarkan bahasa kotor, memukul guru, menabrak guru hinga sampai melaporkan guru ke pihak yang berwajib (polisi). Sungguh ironis hidup di zaman sekarang ini.

Bagi guru-guru muda masih sanggup dan bisa menghadapi, tapi bagi guru-guru tua yang belum pensiun membuat mereka lebih cepat mendekati kematian. Kenapa demikian? Karena emosi guru tua sudah susah untuk dikendalikan. Emosi sangat susah dikendalikan ketika

  • Ketika mengajar anak didik tidak memperhatikan
  • Anak didik lebih senang mengobrol bersama teman atau anak mencari kesibukan sendiri (menggambar, tidur, mengkhayal dan sebagainnya)
  • Bermain game ketika pelajaran dimulai
  • Menertawakan guru ketika salah menyebutkan kalimat, atau lupa ketika mengajar, ketika guru itu marah dan masih banyak lainnya

Apakah bagus perilaku ini diatas dilakukan oleh anak murid? Tentu saja tidak!

Para orangtua mengetahui ini salah, tapi karena sifatnya yang gengsi berlebihan, egois yang berlebihan dan selalu benar. Selalu mengatakan bahwa ini salah guru. Dan selalu mengeluarkan kalimat "apa sih yang dilakukan guru di sekolah, masa mendidik anak saya saja tidak bisa"? sungguh pernyataan yang lucu.

Bedanya anak-anak zaman sekarang dan zaman dulu. Dan bedanya orangtua zaman sekarang dan zaman dulu dan jangan lupa bedanya guru sekarang dan guru zaman dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun