De Tjolomadoe (18/11)
Ayah yang menggambarkan sebagai sosok laki-laki yang kuat, namun ayah juga seorang manusia yang memiliki titik lemah, lalu apa yang menjadi titik lemah seorang ayah?
Egy seorang ayah yang harus menghidupi istri dan ketiga anaknya dengan berjualan aksesoris keliling. Beliau berusia sekitar 40 tahun dan berasal dari Bandung, rela tak pulang berhari hari guna mencari nafkah untuk anak-anak dan istrinya dirumah.
Beliau mendatangi salah satu event dari Muktamar yang ke-48 bersama teman-temannya menggunakan bus dan menumpang menginap di UMS ( Universitas Muhammadiyah Solo ). Beliau menjajakan aksesoris seperti gantungan kunci, bolpoint, dan lain-lain dengan harga yang sangat murah yaitu 5 ribu hingga 10 ribu saja.
Namun dengan begitu dari awal datang hingga hari ini belum ada pembeli yang melarisi dagangannya “Kalau mbak percaya dari saya buka lapak sampai sekarang belum ada penglaris, alhamdulillah belum, semoga nanti tetap ada, kalau memang belum berarti ya belum rezekinya, semoga besok ada kalau memang hari ini belum ada ” tuturnya berusaha menguatkan semangat serta senyum simpulnya. Walaupun tampak lelah dengan mata berkaca-kaca ketika melihat temannya ada pembeli beliau tak putus asa dan tetap bersemangat menawarkan dagangannya kepada pengunjung.
Setiap keringat yang menetes dan bertahan akan panas matahari yang sangat menyengat namun beliau tetap semangat. Saat saya sedang melakukan wawancara, beliau sempat diusir oleh satpam yang menyuruhnya untuk pindah, hal ini membuktikan bahwa bukti perjuangan seorang ayah yang tak kenal akan kata lelah demi kebahagiaan keluarga kecilnya. Mencari-cari informasi kapan dan dimana ada event beliau bersemangat datang dengan harapan mendapatkan uang untuk kehidupan sehari-harinya.
Beliau berfikir bahwa mungkin di event ini ia bisa membawa bahagia saat pulang kerumah menemui keluarga kecilnya. Panas, hujan, jauh dari keluarga terpaksa beliau lakukan.
Berdagang dengan lapak dadakan dan apa adanya, berjualan di trotoar, tanpa alas tanpa atap, hari demi hari beliau hadapi. Langkah demi Langkah beliau jalani agar anak dan istrinya tetap bahagia, kesedihan tentu sering beliau rasakan apabila tak dapat membahagiakan anak dan istrinya ditambah lagi jenis pekerjaan yang Pak Egy lakukan bukan termasuk pekerjaan yang pasti, mungkin sekarang ramai pembeli dan besok bisa saja tidak ada pembeli satupun, namun apapun yang terjadi pak Egy tak lupa selalu bersyukur dengan apa yang ada dalam hidupnya. Semangat juang yang membara selalu mengalir dalam diri pak Egy demi melihat istri dan anak-anaknya tetap tersenyum.
Karena senyuman istri serta anak-anaknya lah yang memotivasi semangat juang dari bapak Egy. “ Ya gimana ya mbak, kalau saya sendiri pengennya keluarga dirumah tercukupi, apalagi anak saya masih pada sekolah, kalau saya cuma diam saja, nanti mereka beli seragam pakai apa ? “ kata pak Egy dengan nada yang lirih.
Event Muktamar tersebut juga dilaksanakan hanya 4 tahun sekali, dan untuk lokasi eventnya menggunakan sistem rolling atau bisa disebut bergantian dan berpindah-pindah, oleh karna itu sangat ramai dari mulai golongan usia muda hingga tua. Bahkan ada yang rela datang dari luar daerah demi mencari sesuap nasi. Salah satu contohnya adalah pak Egy.
Disini bisa kita lihat bahwa masih banyak keluarga yang kehidupannya belum layak, “ Teman saya juga ada yang dari makassar mbak, di bela-belain datang kesini walaupun cuma jualan es teh, ya namanya hidup mbak, ngga ada yang tau yang penting kita ngejalaninnya dengan ikhlas aja kalo saya “ pak Egy menambahi.