Mohon tunggu...
Fina Alvi Latifah
Fina Alvi Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Berupaya untuk terus berani!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi Sesudah Diramal (!)

17 April 2017   16:31 Diperbarui: 17 April 2017   16:38 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa? ‘K’ adalah seorang....

        Pernah bertemu peramal sungguhan, atau pernah lihat berita di TV tentang peramal? Ketika ada pertanyaan model begini pasti jawabannya beraneka ragam. Mulai dari percaya dan tidaknya, apalagi jika dihubung-hubungkan dengan agama pembahasannya jadi bakal sensitive.  Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang yang bisa membaca garis tangan seseorang, kebetulan saya berkenalan dengannya di acara training belajar Al-Qur’an. Perkenalan yang biasa tapi mengejutkan setelah mengetahui dia seorang yang bisa membaca garis tangan. Sebut saja inisialnya ‘K’, kebetulan saya sekamar dengannya selama di pelatihan Al-Qur’an, jumlah keseluruhan peserta yang juga sekamar dengan saya ada 6 orang. Pada hari  ke-lima saat tengah malam, dua teman termasuk ‘K’ masih terjaga, mereka sedikit berisik. Entah bagaimana pembicaraan dan sesi membaca garis tangan bermula. Hal yang saya tahu, saya sudah dalam posisi duduk ketika sebelumnya berupaya tidur tapi gagal disebabkan mereka terus-terusan tertawa.

        Dua teman saya begitu antusias dan bertanya secepat kilat, terlihat dari wajah mereka sedikit berusaha berpikir keras menanyakan apapun yang ada di garis tangan mereka, aji mumpung mungkin. Saya pun tidak sabar ingin menanyakan apapun terkait saya. Tapi, ada perasaan sedikit tidak pecaya pada kemampuan ‘K’. Pada awalnya saya tidak ingin mengajukan pertanyaan apapun. Saya membiarkannya membaca tentang saya, apa kegemaran saya, apa kebiasaan saya. 

Saya memastikan ‘K’ benar-benar seorang yang dapat mengetahu sesuatu dari garis tangan. “Kamu suka membaca ya?” “Tidak terlalu suka bersosialisasi”, saya langsung terkaget saat itu juga, sedikit berdebar ia dapat membaca apapun dalam diri saya. Tapi hal ini tak lantas membuat saya menghentikan proses membaca garis tangan saya.

Hingga masuk pada pembahasan paling mendebarkan diantara semua hal yang menurut saya menarik. Pembahasan tentang karakter, jantung saya mulai berdegup. Sebenarnya tahun lalu saya sudah pernah berkonsultasi dan mengikuti psikotes. Hasilnya, saya harus mengerjakan beberapa PR tentang mencari jati diri/kedewasaan setelahnya. Kali ini pun masih sama, yang menjadikan berbeda dengan tahun lalu adalah saya memberanikan diri bertanya tentang hal-hal apa saja yang spesifik mesti saya benahi? Sebenarnya paparan yang ‘K’ sampaikan ini memang dikhususkan untuk pribadi saya sendiri, tapi mungkin antara pembaca dengan saya memiliki kesamaan dan bisa sama-sama kita dobrak----ayo maju sama-sama, hhe(maaf nggak berniat mencalonkan diri jadi Cagub).

Tiga Pesan Keramat

           

  • Berprinsip
    • Dalam beberapa situasi, menurut analisa ‘K’ dari hasil pembacaan lewat telapak tangan saya. Saya sering terjebak pada dominasi orang lain. Hal yang diungkapkan memang benar, saya memang sangat berupaya untuk tidak melukai perasaan orang lain. Walhasil saya tidak pernah mempermasalahkan apa yang orang lain inginkan, walau pun di dalam benak saya sering tidak setuju. Hal ini ternyata sangat buruk jika dibiasakan. Mengapa demikian? Jika dibiasakan nantinya kita akan menjadi pribadi yang penakut, tidak bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk diri kita. Keberanian kita, perasaan yang dipendam, kepekaan kita akan sesuatu akan benar-benar terkubur dan benar-benar hilang.
  • Mengembangkan diri lewat forum.
    • Apakah saya sedang aktif jadi pegiat di forum tertentu saat ini? Saya jawab ‘tidak’. Tapi apakah saya pernah ikut terlibat dalam satu kelompok semisal LPM? Ya, saya pernah, tapi hasilnya tidak memuaskan karena saya termasuk anggota yang pasif. Hal ini terjadi karena saya begitu khawatir tentang pendapat saya, yang menurut saya pasti telah dipikirkan oleh anggota yang lain, atau perasaan meremehkan ketika di benak saya berinisiatif yang akhirnya pendapat tersebut tidak akan pernah saya tuturkan, atau saya lebih terfokus pada pendapat orang lain. Hal yang saya lakukan tentulah salah, hal ini menurut beberapa pembahasan psikologi dianggap sebagai sikap tidak menghargai diri sendiri. Keadaan seperti ini menjadikan andil saya tidak maksimal dalam sebuah forum, dan berbuntut kepada sikap ogah-ogahan dan menjadikan saya tidak memiliki progres. Jadi kuncinya di sini adalah ketelatenan.
  • Keteraturan Menjalani Hidup
    • Aih, sub ini sepertinya mesti diterapkan pada bagaimana kita menjalani kehidupan. Jika dipikirkan keteraturan ini berbuah banyak manfaat, hal yang mesti di jalankan untuk merealisasikan sub ini adalah sikap tahan banting, sabar dan ikhlas dalam menjalaninya. Untuk teori bolehlah saya mendapat nilai seratus, hhe. Kita bisa membuat perencanaan harian, jangka pendek, serta jangka panjang (lengkapnya bisa merujuk pada buku 7 Habbit karya Stephen Hawking). Simpelnya kita sudah siap dilengkapi  perencanaan, dan jangan lupa untuk membuat daftar contreng, untuk mencek kita benar-benar melakukan sehari sesuai dengan pertimbangan atau belum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun