Mohon tunggu...
Fujianto
Fujianto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang punya hobbi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Posisi Kontrol Dalam Mewujudkan Budaya Positif, di Manakah Posisi Guru dan Orangtua?

1 September 2022   09:23 Diperbarui: 30 September 2022   13:01 121976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?"

Konsekuensi logis dari akibat penerapan peran kontrol penghukum adalah kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Bahkan yang lebih parah lagi.

Kedua, posisi kontrol pembuat merasa bersalah. Pada posisi ini biasanya guru atau orang tua  akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:

"Bapak sangat kecewa sekali dengan kamu"

"Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?"

"Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat salah begini?"

Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.

Ciri khas pembuat merasa bersalah adalah nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu, misalnya :

"Nak, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan Bapak tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Bapak. Bapak benar-benar kecewa sekali."

Konsekuensi logis dari akibat penerapan peran kontrol pembuat rasa bersalah adalah murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Ketiga, posisi kontrol teman. Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui pendekatan persuasif. Posisi teman pada guru bisa berdampak negatif atau berdampak positif. Berdampak positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun