Mohon tunggu...
Fujianto
Fujianto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang punya hobbi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Ibu

28 Agustus 2022   20:44 Diperbarui: 28 Agustus 2022   20:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mimi tak sanggup lagi menahan sakit kanker yg dideritanya sejak 2 tahun lalu. tubuhnya semakin lemah dan bertambah kurus. dalam kondisi tak sadarkan diri dia dibawa ke rumah sakit oleh ibunya. 

Dokter memvonis bahwa penyakitnya sudah parah dan meminta ibunya untuk memperbanyak doa. 

Tak henti-henti ibunya berdoa untuk kesembuhan sang buah hati. Bahkan sampai minta bantuan tetangga sekitar untuk membaca wirid dan kitab suci yg dia peroleh dari seorang kiai tersohor. sampai tak terbilang sudah banyak kiai yg didatangi dengan beberapa resep sehat. Tapi Mimi tetap tak sadarkan diri.

"bu... Mimi harus dioperasi" kata dokter membuyarkan lamunan ibu Mimi. bagaikan di sambar petir di siang bolong, ibu mengangguk dan menanda tangani surat kesediaan utk operasi. sambil melihat sang dokter ibu mengangkat kedua tangannya dengan deraian air mata "Tuhanku... gantikanlah nyawaku ini dengan nyawa anakku. Sehatkanlah Mimi" operasi berlangsung lancar dan Mimi sadarkan diri.

dan diperbolehkan pulang oleh dokter seminggu kemudian.

Mimi dan ibu pulang dari rumah sakit dengan perasaan bahagia dengan dijemput tetangga yang dermawan. Namun di pertengahan jalan tepatnya di atas rel kereta api mobil itu macet dan kereta api menabraknya. Mimi dan sopir selamat dengan luka ringan dalam peristiwa itu tapi ibu Mimi mengalami pendarahan luar biasa. segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Beberapa hari ibu Mimi belum sadarkan diri dan dokter menyatakan kondisinya kritis dan diminta perbanyak doa.

dengan tetesan air mata Mimi menanggapi pernyataan dokter tadi. "Dokter... kalau memang ibu saya sudah tidak bisa diselamatkan lagi, maka kami ikhlas melepas kepergiannya" pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun