Mohon tunggu...
Nur Rohmi Aida
Nur Rohmi Aida Mohon Tunggu... lainnya -

ingin berkeliling dan mendapati segala hal keindahan yang dimiliki bumi ini...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mari "Serius Ngopi" di kota Solo

16 Mei 2015   06:08 Diperbarui: 31 Oktober 2015   09:15 2963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

1431661690150215539
1431661690150215539
 

Buat anda pecinta kopi mungkin tidak asing lagi dengan nama-nama ini. Tapi buat saya, Nama-nama itu terdengar sangat asing. Pesanan saya, Kopi Bali Kintamani sendiri dibuat dengan Aeropress. Sebuah alat semacam suntikan menurut saya #gumun mode on. Nah ini proses pembuatan kopi kita.

https://youtu.be/GQY1YBmeu84

“Kopi Indonesia itu dikenal luas di dunia. Kita patut bangga!” ujar Nina sembari memandangi deretan toples biji kopi yang sudah dilabeli nama-nama kopi asal daerahnya di “Serius Ngopi”.

 

14316619521121659556
14316619521121659556
 

1431662307540561435
1431662307540561435
 

Ya, saya bangga. Mendadak, saya bisa sangat memaklumi bagaimana para pecinta kopi di sekitar saya begitu bahagianya ketika mereka mendapat oleh-oleh kopi dari daerah lain. Karena pada kenyataannya rasa tiap kopi itu berbeda tiap daerah, tergantung bagaimana ia hidup di lingkungan tanah dan kelembapan seperti apa.  Sebuah rasa yang terkadang perbedaanya hanya bisa dimengerti oleh pecintanya.

 

Seperti manusia saja, tak peduli ia keturunan siapa, bagaimanapun lingkungan sangat mempengaruhi karakternya. Yang pada akhirnya, sepahit apapun karakter  seseorang, hanya orang mencinta yang bisa mengerti dan menerimanya.

 

#Sok filosofis. Wkwkwkw

 

Mengakhiri kunjungan ke “Ngopi serius” saya sempat menanyai Farid, seorang pengunjung yang sudah beberapa kali datang.

 

“Mas, sebagai penggemar kopi berikan kata-kata yang bisa menggambarkan tentang kopi!” pintaku iseng.

 

“Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata pokoknya” jawabnya membuat kami terkekeh. Sales dari sebuah perusahaan farmasi ini mengaku sudah sejak lama menjadi pecinta kopi. Ia juga bercerita ia lebih menyukai kopi dari pada rokok.

 

Sementara itu, saat saya meminta beberapa pengujung lain menggambarkan kopi dengan satu kata, rupanya pendapat mereka berbeda-beda, kopi itu “pahit”, ada juga yang bilang “asem”, ada juga yang bilang “asyik”. Juga ada yang bilang “enak”.

 

Saya jadi ingat, dahulu sebelum film filosofi kopinya Juli Estelle booming, saya pernah menemukan novel yang cukup heboh tentang  filosofi kopi dan gula yang muncul di berbagai threat juga aplikasi HP. Judulnya, “Kisah Dua Kamar”. Saya sampai 2 kali baca novel ini.

 

Cuplikan yang saya suka:

Ibarat kopi item nih ya lo tambahin gula gula sedikit demi sedikit, trus lo rasain...
kalo emang masih kurang ya lo tambahin lagi sampe rasanya pas.
Tiap orang khan pasti punya pahit dan manis nya idup.
Nah sekarang kalo lo emang baru ngerasain paitnya, ya lo usaha cari gulanya lah.

Kopi, bternyata mampu membuat orang melankolis. Saya juga jadi teringat tentang ucapan pakde saya dulu sekali, “Kopi itu rasanya hanya bisa dimengerti orang-orang yang tahu seni.” Setelah saya amati pada beberapa orang. Sepertinya, memang benar ya? Hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun