Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Kabar dengan Islah Partai Golkar ?

12 Agustus 2015   17:31 Diperbarui: 12 Agustus 2015   17:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita tentang partai politik selalu menghiasi lembaran utama suatu media cetak. Cerita apapun tentang partai politik akan selalu menarik karena memiliki nilai berita. Namun, kalau bicara tentang berita partai politik, tidak ada yang lebih menarik dari berita tentang partai Golkar. Ini karena partai Golkar adalah partai besar di negara kita. Bahkan pernah dalam puluhan tahun menjadi partai terbesar di Indonesia.

Masih tentang partai Golkar, akhir-akhir ini jumlah pemberitaannya meningkat terus karena keributan, keretakan, dan perpecahan dalam tubuh partai ini. Munculnya dua kubu yang masing-masing dipimpin oleh Aburizal Bakrie dan oleh Agung Laksono, sebetulnya tidak bisa dicegah. Bibit-bibit perpecahan disadari atau tidak sudah terjadi beberapa waktu sebelum akhirnya mencuat ke permukaan. Dua orang yang berpengaruh dalam tubuh partai berlambang pohon beringin ini memiliki visi yang berbeda dalam membawa partai yang didominasi warna kuning ini ke depan.

Perpecahan dalam tubuh elite partai ini nampaknya tidak berhenti di kalangan elite politik yang berada di kota Jakarta saja. Masalah ini merambat sampai ke daerah, yang terlihat dengan adanya dua kubu dalam tiap propinsi. Walau begitu, tingkat pertentangan di daerah berbeda secara signifikan dan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat perbedaan di pusat yang sudah menjadi suatu dikotomi. Bahkan begitu keras sehingga seperti tidak mungkin mencair.

Sementara itu, tidak mengagetkan ketika kedua tokoh utama dalam tubuh partai Golkar melakukan islah. Apapun alasannya terbaca bahwa semua ini dilakukan menjelang Pilkada Serentak. Karena KPU tidak mungkin menerima dan mensahkan calon dari 2 partai Golkar. Pertanyaan yang menarik sehubungan dengan islah ini adalah sepertinya islahnya tidak sepenuh hati. Ini terlihat dengan munculnya calon-calon yang semula dari partai Golkar kemudian menjadi calon independen. Fenomena apa semuanya ini ? Apa yang menjadi penyebabnya ? Apakah tidak bisa dicegah ? Apakah menurut perhitungan calon-calon tersebut bahwa maju sebagai calon independen akan lebih menguntungkan?

Nilai historis:

Satu hal yang pasti bahwa Partai Golkar seperti partai-partai lainnya mengalami banyak perubahan dari masa ke masa.   Sebetulnya ini wajar saja karena walau namanya sama, isi dari suatu partai sebagaimana organisai sosial dan politik akan berubah sebagaimana dikehendaki oleh pimpinannya.

Golkar sendiri pada kurun waktu 30 tahun dari 1968 – 1998 merupakan alat dari Orde Baru. Golongan Karya dipakai oleh Soeharto untuk melanggengkan kekuasaan pemerintahannya.

Padahal sebelum itu, dari 1957-1965, Golongan Karya dikenal dengan visi dan misinya yang berbeda dengan partai-partai politik. Memang saat itu, Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno, tidak dipakai nama Golongan Karya, tetapi Golongan Fungsional. Inti dari pemikiran Soekarno waktu itu adalah perlunya suatu diskursus politik. Golongan fungsionil waktu itu adalah alternatif terhadap partai-partai yang ada.

Sementara itu, nilai historis dari   Golongan Karya adalah integralistik, dalam mengatur, mengorganisasikan, dan menggerakkan negara. Keinginan ini memang belum bisa dicapai langsung. Tapi gagasan, pemikiran, dan visi ini yang akhirnya membentuk Sekretariat Bersama Golongan Karya. Gagasan ini kemudian menjadi kekuatan besar yaitu Golongan Karya.

Hal yang sangat kontras terjadi setelah reformasi pada 1998, partai Golkar mengalami perubahan yang signifikan. Partai Golkar setelah reformasi sangat jauh berbeda dengan bentuk awal dari Golkar. Tentu saja, sebagaimana suatu organisasi sosial dan politik, peran pimpinan utamanya atau para pemimpinnya yang menyebabkan terjadi perubahan besar tersebut. Jelas bahwa azas integralistik sudah sangat sulit dilihat pada partai Golkar masa kini.

Ke mana ?:                                            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun