Mohon tunggu...
Sirajul Fuad Zis
Sirajul Fuad Zis Mohon Tunggu... Jurnalis - Public Relations

Penulis, Pengamat Komunikasi, Planner dan Akademis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Komunikasi Interpersonal di Era Milenial

28 Mei 2018   08:31 Diperbarui: 28 Mei 2018   15:35 5222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: blog.proofn.id

Berada dalam ranah lingkungan sosial, membuat manusia tidak bisa menghindari sebuah komunikasi yang menghasilkan tujuan-tujuan tertentu sesuai harapan awal. Pada tataran kelas sosial membuat manusia harus bisa beradaptasi dan memahami cara-cara berkomunikasi yang harus dipakai ketika berhadapan dengan lawan bicara. 

Beda lawan bicara akan berbeda pula cara berkomunikasi atau perlakuannya. 

Berbicara terkait komunikasi era milenial yang sedang tenar pada saat ini. Saya mengamati ada bentuk-bentuk komunikasi interpersonal yang sudah berubah arah pada pemahaman makna, emosional, perilaku, etika dan cara penyampaian pesan yang tidak biasa dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini. 

Ketika saya bertanya kepada beberapa orang teman terkait permasalahan komunikasi interpersonal saat ini memang memiliki hawa yang berbeda.

Namun dengan adanya masalah sosial yang baru ini apakah kita patut menyalahkan kehadiran teknologi, keadaan dan semua yang terkait dengan perubahan komunikasi? Tentu saja tidak. Hanya saja bagi kaum muda perlu diperhatikan terkait etika-etika yang harus dibangun ketika berkomunikasi secara interpersonal. 

Dalam beberapa teori yang pernah saya baca tentang komunikasi interpersonal yaitu sebuah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang bertatapan secara langsung. Jika digunakan pada era milenial ini, ada komunikasi interpersonal yang sudah canggih. 

Di era sekarang, tanpa harus bertatap muka, seseorang dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan aplikasi media sosial yang menghubungkan dua orang dengan sambungan tertentu.

Bersama Bapak Djarot Kusumayakti (Dirut Bulog)
Bersama Bapak Djarot Kusumayakti (Dirut Bulog)
Kehadiran teknologi, membuat kajian komunikasi menjadi luas dan banyak makna yang harus dipelajari kembali. Pemahaman-pemahaman dalam komunikasi interpersonal yang konvensional, bisa bertatap muka, memahami gesture, sikap dan sifat lawan bicara secara langsung. 

Namun bagaimana apabila komunikasi interpersonal yang dibangun melalui jaringan media sosial dapat menangkap gesture atau sikap lawan bicara secara langsung? Tentu saja tidak. Apakah yang anda merasakan peran ganda yang bermain dalam diri? Ketika mengirimkan simbol senyum wajah anda pada riilnya tidak tersenyum atau datar.

Komunikasi yang disampaikan memiliki makna yang sempit, terkadang menjadi sebuah problematika sosial dalam tatanan birokrasi, pengambilan kebijakan, kesalahan emosional, pemutus hubungan komunikasi interpersonal, permusuhan, kesalahan makna. 

Permasalahan yang serupa juga menjadi sebuah tren pada percintaan yang dibangun dalam media sosial. Banyak sekali anak muda putus cinta sampai gantung diri, hanya karena salah makna dalam berkomunikasi. 

Bagi semua orang yang melihat kasus ini menilai orang yang demikian pasti konyol, seperti tidak ada laki-laki atau perempuan yang lain saja. Tetapi bagi mereka yang menjalani percintaan tentu saja tidak konyol, bahkan dinilai sebuah kesakralan dalam mencintai pasangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun