Mohon tunggu...
Sirajul Fuad Zis
Sirajul Fuad Zis Mohon Tunggu... Jurnalis - Public Relations

Penulis, Pengamat Komunikasi, Planner dan Akademis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Berniat Baik, Orang Lain Belum Tentu Demikian

12 April 2018   05:09 Diperbarui: 12 Januari 2023   12:37 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingin sedikit sharing kepada sahabat dunia maya yang budiman tentang sebuah niat. Mengantisipasi adanya konflik batin atau fisik dengan seseorang perlu dipahami beberapa hal ini. Pertama, ini adalah hal ghaib yang  tidak diketahui oleh siapapun kecuali diungkapkan yaitu perasaan manusia. Perasaan hadir dalam kehidupan sosial sebagai indra perasa, namun juga rasa bisa bernilai sensitif apabila dikaji secara matang. Dalam pengalaman hidup saya selama 22 tahun di dunia ini ada misteri yang selalu tidak bisa dipecahkan adalah bagaimana mengetahui orang yang kita memiliki niat baik kepadanya, tapi belum tentu ia begitu kepada kita.

Permasalahan ini sempat menjadikan keinginan saya untuk berbagi, bahwa ternyata hal demikian tidak bisa ditebak-tebak begitu saja oleh perasaan. Karena berprasangka buruk mendekati kepada dosa. Sedikit kisah pada kehidupan saya berinteraksi dengan teman, banyak orang yang curhat, mengeluh, bahkan ia sedang menghina dirinya sendiri dengan kesedihan teramat dalam saya dengan penuh perhatian mendengarkan kisah mereka dengan penuh simpati. 

Pertanyaanya bagaimana saya menanggapi kisa sedih mereka?. Saya selalu membuat suasana agar tidak tegang dan semakin kelut, bahkan saya buat suasana lebih kepada nuansa humor mengajak mereka bercanda. Saya bukan stand up comedy yang lihai membuat orang bisa tertawa terbahak-bahak. Tapi saya hanya berusaha agar nuansa hati mereka yang sedang sedih tidak fokus kepada kesedihanya yang mendalam, hei teman ini adalah niat baik. 

Namun apa yang terjadi? Mereka menangkap sinyal dari saya bahwa saya seorang pencemeeh yang menertawakan kesedihan mereka, ini adalah gagal paham yang mengantarkan kepada konflik antar kami.

Jika saya mengambil keputusan untuk berbuat baik, belum tentu demikian orang tersebut juga berniat baik kepada saya. ini adalah sebuah kewajaran, tingkat wawasan dan pendidikan juga berpengaruh sangat berpengaruh. Teman-teman sekalian bisa bayangkan apabila saya menanggapi kisah mereka dengan serius. Maka akan menambah kekelutan bagi mereka dan saya pribadi, nuansa hati saya ikut terpuruk dan sedih. Maka sambil bercanda saya tawarkan solusi-solusi terbaik untuk permasalahan yang sedang dihadapi.

Rasanya pantun tidak berbalas seirama, maka ini adalah kajian komunikasi dalam menyandi pesan-pesan belum lengkap terpenuhi apabila menggunakan perasaan yang tidak stabil. Oleh karena itu perlu belajar lagi memahami karakter pribadi lawan yang diajak berkomunikasi.

Kedua, membuat orang bahagia tidak perlu menggunakan materi. Banyak teman saya lihat mengandalkan materi untuk memenuhi kesenagan teman atau seseorang. Materi yang digunakan berupa finansial yang dapat dirasakan oleh perut mau pun dalam rasa. Contoh kecil, mentraktir teman. 

Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan traktir tersebut akan memuaskan batin lawan yang diajak berkomunikasi? Jawabanya adalah tidak, mereka hanya kenyang sesaat sampai makanan yang mereka makan dengan uang kita keluar ke tempat pembuangan. Jujur secara perasaan saya cukup senang teman mentraktir, tapi perut saya tidak pernah kenyang. 

Seperti air mengalir memang menimbulkan kesan positif bahwa yang mentraktir orangnya pemurah dan baik. Namun apa yang abadi dalam sebuah pertemanan ketika berkomunikasi? Yaitu pemuasan batin, bagaimana memiliki keseimbangan dalam membahagikan mereka secara batin, bisa dengan kalimat-kalimat positif. Bahkan bisa ditunjukkan dengan sikap yang hangat. Membuat teman bahagia tidak perlu uang, tapi sumbangan pemikiran. Pesan saya jangan terjebak dalam permainan komunikasi yang tidak pasti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun