Mohon tunggu...
FSLDK Kalsel
FSLDK Kalsel Mohon Tunggu... Penulis - Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus

Kumpulan Tulisan dari kader FSLDK Kalimantan Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banjar, Negeri Ulama Falak Tanpa Observatorium

5 November 2020   15:37 Diperbarui: 5 November 2020   15:42 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Observatorium Bosscha (Sumber : goodnewsfromindonesia.id)

Siapa yang tidak kenal Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari? Ulama besar yang masyhur namanya, wabil khusus di hati masyarakat Kalimantan Selatan dengan gelar Datuk Kalampayan. 

Sedikit manaqib penulis sampaikan untuk mengingat memori kita tentang beliau. Lahir di Martapura pada tahun 1122 Hijriyah, dari seorang ayah yang masih memiliki darah biru bangsawan Kesultanan Mindanao. 

Melihat ada bakat kecerdasan pada Syaikh Muhammad Arsyad, Sultan Banjar pada masa itu memilih untuk mendidik secara khusus dan pada 1151 Hijriyah/1738 Masehi beliau diberangkatkan ke Mekkah al-Mukarramah untuk menuntut ilmu. 

Beliau pergi ke Mekkah bersama tiga kawannya yang lain, yakni Syaikh Abdusshamad al-Falembangi, Syaikh Daud al-Fathani, dan Syaikh Abdul Wahab Bugis yang dikenal sebagai 4 serangkai dari Jawi.

Setelah menimba ilmu selama 35 tahun di dataran Hijaz dan negeri Arab lainnya, beliau akhirnya pulang ke Banua Banjar. Ketika pulang, beliau melakukan pembaharuan pada sistem keagamaan di Kesultanan Banjar. 

Di bidang hukum, beliau mengukuhkan Mazhab Syafi'i sebagai mazhab resmi negara. Beliau membawa pembaharuan terhadap ilmu tauhid melalui kitab Tuhfat Ar-Raghibin, yang isinya juga mengkritik beberapa adat masyarakat yang berbau kesyirikan. 

Saat beliau menjabat sebagai mufti, beliau juga mengarang kitab fikih yang fenomenal, yakni Sabiilal Muhtadin lit Tafaqquh fii Amriddiin yakni penjelasan dari kitab Sirath Al-Mustaqim Karya Syekh Nuruddin Al-Raniri. 

Kitab ini kemudian menjadi kurikulum pendidikan di kepulauan Nusantara. Kitab ini juga menjadi salah satu sumber rancangan Undang-Undang Sultan Adam yang berlaku di Kesultanan Banjar. Kitab tersebut juga memudahkan masyarakat Banjar memahami ajaran Islam karena ditulis dalam bahasa Melayu, di tengah kitab-kitab berbahasa Arab yang agak susah diakses.

Selain menjadi pembaharu agama dalam bidang tauhid dan fikih, beliau juga membersihkan sanubari masyarakat Banjar dengan tazkiyatun nafs. Mata air tasawwuf yang beliau ambil dari telaga Murabbi beliau, Sayyid Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani berhasil menerangi tanah Kalimantan dari segala ilmu sihir hitam. 

Ratib Samman yang menjadi amaliyah utama tarekat Sammaniyah mulai menggeser aliran-aliran kebatinan yang mengakar dari zaman nenek moyang pra-Islam. Sehingga masyarakat Banjar terbiasa dengan zikir mengingat Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun