Mohon tunggu...
Rieke Novianti
Rieke Novianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Seorang mahasiswa yang selalu ingin mencari tahu dan mencoba segala hal baru. Cinta dengan dunia broadcasting dan jurnalistik!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ekonomi Rendah Menjadi 'Momok' Siswa Putus Sekolah?

17 September 2022   13:24 Diperbarui: 17 September 2022   13:30 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak banyak masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah harus merelakan pendidikannya, demi harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan banyak dari mereka yang harus rela putus sekolah demi memperbaiki ekonomi keluarga dengan bekerja sebelum tamat sekolah. Fenomena ini tentunya sangat memprihatinkan bagi generasi sekarang ini yang sudah semakin bebas dan terpengaruh oleh teknologi dan budaya luar. Adapula yang menjadikan anak sebagai jaminan ketika hutang sudah menumpuk dan tak sanggup untuk membayar, sehingga anak tersebut harus merasakan pahitnya menikah dini. Tradisi turun temurun, dengan menikahkan anak sesegera mungkin juga kerap kali dijumpai, dengan motif yang sama agar orangtua lepas tanggung jawab, kebutuhan ekonomi atau beban dalam keluarga berkurang, serta kebutuhan akan terbantu setelah menikahkan anak.

Hingga saat ini, nyatanya masyarakat Indonesia semakin mengesampingkan pentingnya pendidikan. Mereka hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dan kebutuhan lainnya untuk bisa bertahan hidup. Perihal pendidikan sepertinya menjadi beban terberat dalam keluarga. Memang bisa diakui, pendidikan di Indonesia menyita cukup banyak uang. Namun, jika dipikir dengan jernih, hal ini terbayar loh dengan ilmu mahal yang disalurkan oleh para tenaga pendidik di sekolah maupun perguruan tinggi. Masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah, tidak semua mementingkan arti pendidikan untuk masa depan yang gemilang. Bahkan sebenarnya, dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, jauh akan merubah hidup seseorang.

Kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah, membuat segala informasi mengenai pendidikan tidak dapat tersalurkan dengan maksimal. Jika ditelusuri lebih dalam, banyak sekali bantuan pendidikan yang “salah sasaran”, sehingga stigma “yang kaya semakin kaya” dan “yang miskin semakin miskin” sulit untuk dipatahkan. Hingga saat ini, ada banyak sekali bantuan pendidikan untuk menunjang kebutuhan sekolah siswa. Tak hanya siswa saja yang dapat merasakan beasiswa, namun bagi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi pun, ada banyak sekali beasiswa yang betebaran. Beasiswa tersebut bisa didapatkan dari instansi sekolah masing-masing, pemerintah daerah setempat, negara, maupun pihak swasta. Lalu bagaimana cara mendapatkannya?

Ada banyak cara jika ingin mendapatkan beasiswa, salah satunya dengan menggali informasi melalui sekolah masing-masing, berselancar di internet, dan mengulik di berbagai platform media sosial yang selalu up to date dengan informasi beasiswa. Jika masih merasa kesulitan, temuilah seseorang yang diketahui mendapatkan bantuan beasiswa tersebut, bertanyalah seputar berkas apa saja yang harus disiapkan, harus ke instansi mana, dan persyaratan apa saja yang bisa menjadikan kita lolos beasiswa tersebut. Ikutilah pula platform yang selalu membagikan informasi mengenai beasiswa, disana akan ditemukan mengenai deskripsi beasiswa tersebut, apa saja persyaratannya, bagaimana cara mendaftarnya, dan segala informasi lain yang akan sangat membantu. Hidup di era digitalisasi, memudahkan kita untuk menggali beragam informasi hanya melalui seluler.

Ada banyak persyaratan yang diinginkan oleh pihak penyelenggara beasiswa, dengan maksud ingin beasiswa diterima oleh siswa yang sangat membutuhkan dan berhak menerimanya. Bagi siswa dengan ekonomi menengah kebawah, ada persyaratan wajib dan sering muncul di berbagai jenis beasiswa, yakni surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari kelurahan atau desa setempat. Hal ini bisa diurus dengan mudah melalui RT, RW dengan meminta surat pengantar ke kelurahan dengan maksud sebagai lampiran pendukung mendaftar beasiswa. Adapula lampiran lain yang serupa dengan SKTM, yaitu slip gaji orangtua. Jika orangtua bukan seorang karyawan, hal ini juga harus mengurus atau meminta keterangan melalui RT, RW dengan melampirkan surat pengantar ke kelurahan. Jika kamu penasaran beasiswa apa saja yang masih buka dan sesuai dengan kriteriamu, kamu bisa follow Instagram yang menyajikan berbagai informasi beasiswa mulai dari SD hingga S3 di dalam negeri maupun luar negeri, seperti pada akun @info_beasiswa dan @beasiswa.co.

Bagaimana? Apa masih ada niat berhenti sekolah hanya karena ekonomi rendah? Persyaratannya rumit dan sulit? Engga sulit kok! Tak ada persyaratan yang sulit jika ada kemauan yang kuat dalam dirimu untuk bangkit dari keterpurukan. Tanamkan dalam dirimu untuk selalu yakin demi masa depan yang gemilang di ujung sana. Namun, jika kamu merupakan salah satu orang yang beruntung, jadilah orang baik yang selalu membuka lebar tangan kamu untuk membantu sesama. Jangan tunggu orang lain berbuat baik kepadamu, tapi jadilah orang itu! Kamu tidak akan tahu seberapa dahsyatnya rasa gembira yang dilambungkan dan tiap kata “Aamiin” dan “Alhamdulillah” yang dilontarkan di setiap sujudnya karena bantuanmu. Ulurkan tangan untuk membantu mereka yang kesulitan mencari informasi bantuan pendidikan.

Indonesia Sejahtera! Indonesia Gemilang!

Malang, 3 September 2022

Rieke Novianti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun