Â
Siapakah yang mengerti kesedihan sebatang rumput,
Yang tercabut dari rumpun dan akarnya?
Ia rindu masa-masa masih menyatu dengan ranting, daun, dan akarnya
Masa dimana ia bukan sebatang rumput yang tergeletak sendiri dan merana
Dimanakah angin yang selama ini menemani?
Sunyi sendiri, sembunyi merayap senyap
Angin telah pergi menelusup tanpa jiwa
Merasuk tak menjelma nyawa
Seseorang sering tidak paham dengan dirinya
Mana perasaan mana pikiran...
Mana keinginan mana kebutuhan...
Terlalu asik memandang luas samudera
Tapi lupa keindahan pantai yang ia pijak
Jika cinta adalah sumber kekuatan
Maka selayaknya bukan kelemahan
Maka selayaknya ia tahu cara untuk bahagia
Jika kebahagiaan adalah yang utama...
Maka ia akan rela menempuh penderitaaan
Seperti lilin yang menyala redup dikala gelap
Seperti lilin yang menerangi atau yang membakar?
Hei kau air dan tanah liat yang bermuara dalam suksma di dadaku
Berilah aku pemahaman
Jelaskan padaku apa itu bahagia?!...
Bahagia bukan tujuan, bahagia itu cara
Bukan akhir dari setiap yang dituju
Bahagia akan berubah dari satu wujud ke wujud yang lain
Tidak ada yang layak dipertahankan mati-matian
Harta, tahta, cinta, keagungan serta kuasa
Wahai udara yang bermuara di nafasku
Siapalah yang dapat mengerti kerinduanku?
Aku hanyalah sebatang rumput yang tercerabut dari rumpunnya
Rindu saat- saat angin meniupkan sejuknya...
Bergesekan dengan dedaunan lainnya
Membunyikan nada-nada merasuk suksma
Hingga lelap terkulai tanpa nyawa,
Tenanglah...
Tertawalah...
Berbahagialah...
Matahari perlahan mulai terlihat cerah
Campakkanlah penderitaan dan kepedihanmu itu...
Berbahagialah...