Mohon tunggu...
rudin
rudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tertarik pada seni dan sastra

sepertinya aku sudah tak ada waktu lagi.\r\ntapi untuk berubah aku belum terlambat.\r\nsemua terasa sangat menghimpit.\r\ndan harus bergerak bebas. (eksistensialisme)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Anak Panah

5 Februari 2023   20:30 Diperbarui: 5 Februari 2023   20:39 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi subuh terdengar bunyi genderang seperti seruan perang

anak panah meluncur dari busurnya

bersama ribuan anak panah lainnya berdesakan dijalanan

beberapa dipinggir berceceran

beberapa siap ditarik

Setiap pagi dirimba sebuah kota, pertempuran berlaga sudah biasa

anak panah meluncur

ada yang tepat waktu

ada yang lebih dulu

ada yang sambil lalu

pada sasaran yang dituju

anak panah 

menangkap ayam

menangkap kambing

menangkap sapi

menangkap angin

terkadang anak panah terluka

untuk mengobati, dibawanya hasil tangkapan

terkadang cukup dengan seekor ayam

terkadang cukup dengan seekor sapi

tergantung seberapa parah luka nya

terkadang malah tiada terobati

dan hanya meminta berkat do'a

Di malam hari, anak panah lunglai pulang kerumah tanpa tangkapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun