Mohon tunggu...
Frozen Shane
Frozen Shane Mohon Tunggu... -

...Hatiku t'lah membeku seiring pengkhianatanmu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Lalu

9 September 2012   16:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:42 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerbung Sudut pandang Tabi

Menikmati deburan ombak di malam hari ternyata lumayan menenangkan, otakku tidak lagi penuh emosi karena Ory, dan tubuhku rasanya punya kekuatan untuk bertahan  sampai tengah malam nanti. Ibu Suri duduk di tepian pantai, beberapa kali dia membentangkan kedua tangannya kemudian sambil menghirup udara pantai dia memejamkan mata. Mungkin dia sedang mengenang adegan Jack – Rose-nya sendiri disini. Berani bertaruh dia akan bilang, pantai ini tidak kalah romantis dengan megahnya Titanic. Tingkah laku Ibu Suri kali ini membuatku tersenyum, benar-benar tersenyum, senyum yang sesungguhnya, bukan hanya karena basa-basi atau terpaksa. Lalu…tanpa aku minta, Ibu Suri mulai membagi kisahnya di masa muda. Kebiasaan burukku adalah mendengarkan cerita orang Cuma satu telinga, telinga yang satu mendengarkan hatiku dan kicauan pikiranku berserta lamunannya,  walhasil saat sipembicara bertanya, aku gelagapan, tidak siap memberi jawaban yang tepat. Tidak tahu, settinganku sudah seperti ini, aku sulit konsentrasi pada satu hal kalau menyangkut kegiatan mendengarkan. Orang akan bilang aku pendengar yang baik tapi aku mengakui sendiri sebenarnya mereka tertipu, aku bukan pendengar yang baik, tidak sama sekali. ”Sekarang kau ceritakan kisahmu” ”Kisah? Kisah apa?” Aku sendiri merasa tidak punya kisah yang bagus untuk diceritakan, apa yang harus aku katakan padanya? Bahwa aku belum pernah pacaran? Tidak, itu memalukan. Bahwa aku memilih untuk kerja pada anaknya, dan memilih cuti kuliah? Itu juga tidak penting aku pikir. ”Aku tidak punya cerita menarik” ”Masa kecilmu mungkin?” Kepalaku sudah menggeleng cepat sebelum bayangan suram masa kecilku mengacaukan mood-ku. ”Amazing, 21 years old with no story” Aku hanya tertawa getir, terserah dia mau bilang apa, aku tidak berniat bercerita apapun kepadanya. “Kau tahu kalau Ory gay?” Dia menanyakan perihal anaknya, dengan enteng, seolah-olah gay bukan sebuah masalah baginya. Aku mengangguk. ”Kau tahu dulu pernah punya pacar perempuan di Amerika?” Aku mengernyitkan alisku, dan dia sudah bisa membacanya, kalau itu ekspresi ketidak tahuanku. ”Dimana dia sekarang?” Ibu Suri berinisiatif menceritakan tentang Ory kepadaku, tapi saat aku berusaha merespons walau sebenarnya aku tidak begitu peduli karena tidak ada hubungannya denganku, Ibu Suri terlihat tidak antusias lagi. Aku Cuma bisa menelan ludah saat akhirnya dia menjawab.

”Meninggal…bunuh diri”

-to be continue-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun