Pada masa normal (sebelum pandemic covid-19) waktu begitu terjadwal. Untuk anak sekolahan, minimal jam 07.00 sudah berangkat ke sekolah. Yang artinya 6 jam atau lebih setelah pukul 07.00 seorang anak telah menjadi seorang murid di sekolah.Â
Lempang sudah pekerjaan seorang ibu setelah memberangkatkan anaknya sekolah. Dalam hal tugas sekolah, seorang ibu biasanya hanya mengarahkan anak untuk belajar termasuk untuk mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah).
Selain ibu, anak juga merasa fresh karena suasana belajar di rumah dengan di sekolah begitu berbeda. Di sekolah anak bertemu dengan guru, teman , atau bahkan tukang kantin. Pandangannya tidak lagi hanya terfokus pada satu titik. Sesulit apapun materi pelajaran, ada guru yang mampu menjalaskan dengan detail dan juga ada teman untuk berdiskusi.
Beda halnya dengan masa di tengah pandemic ini. Pembelajaran dilaksanakan melalui daring. Seorang ibu memiliki pekerjaan tambahan bagi anak. Seorang ibu harus mampu menjadi seorang guru.Â
Ibu harus mampu meyakinkan anak tentang materi materi pelajaran yang sedang dikerjakan. Dari pengakuan para orang tua, banyak anak-anak yang tidak percaya akan jawaban ibunya ketika sedang mengerjakan PR. Si anak berpikir, penjelasan gurunya yang dianggap paling benar. Dalam hal inilah orang tua terkhusus ibu harus banyak bersabar saat meyakinkan anaknya.
Untuk meyakinkan anak, tentunya seorang ibu harus bijak. Harus banyak ilmu. Harus banyak membaca. Jika si ibu rindu anaknya semangat untuk belajar.Â
Dari pengalaman yang saya dapati di lapangan, masih banyak orang tua (ibu) yang arogan. Tidak mau membaca kondisi. Ada saja ibu yang masih berfikir, gurulah yang memiliki intensitas waktu yang banyak untuk mengajari anak-anaknya.
Hal inilah yang menjadi dilema pendidikan di masa covid-19 ini. Di masa inilah akan terlihat siapa ibu yang bijak dan siapa ibu yang arogan. Ibu yang bijak menghasilkan anak yang bijak sedangkan ibu yang arogan menghasilkan anak yang arogan dan akan tertinggal.Â
Memang, ada banyak dampak negatif dari terjadinya pandemic ini. Tetapi sebagai seorang ibu yang bijak, mari kita ciptakan hal yang positif terhadap anak-anak kita. Sehingga anak kita tidak termasuk korban dari masa pandemic ini.