Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jurusan Pendidikan Guru, Minat atau Pelarian?

28 Januari 2023   07:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   05:02 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar : freepik/Drazen zigic

Guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa (Ki Hadjar Dewantara)

Musim ujian masuk perguruan tinggi negeri sebentar lagi nih. Pastinya adik-adik yang duduk di kelas 12 SMA dan gap year (alumni) sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti SBMPTN eh maksudnya SNBT. 

Sejak keluarnya keputusan Kemdikbudristek mengenai skema baru  pada seleksi masuk perguruan tinggi negeri, maka ada perubahan pada tes tertulis. Namanya pun berubah. Dari UTBK-SBMPTN menjadi SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes).

Bila pada SBMPTN materi yang dujikan meliputi Tes Potensi Skolastik, Tes Kemampuan Bahasa Inggris, dan Tes Kemampuan Akademik, maka pada SNBT materi yang diujikan berupa Tes Potensi Skolastik, Literasi Bahasa Indonesia dan Inggris, dan Penalaran Matematika.

Ngomong-ngomong soal ujian tertulis, saya jadi teringat,masa-masa ketika menyiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Mulai dari mengikuti program bimbingan belajar intensif, mengikuti try out, berdiskusi, hingga konsultasi jurusan.

Dalam memilih jurusan sebaiknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan. Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia perbimbelan, saya mendapati bahwa kebanyakan para calon mahasiswa akan memilih jurusan yang populer, seperti kedokteran, teknik, manajemen, ekonomi dan akuntansi.

Sementara jurusan pendidikan guru menjadi pilihan kedua atau ketiga. Para calon mahasiswa kebanyakan tidak menempatkan jurusan tersebut pada jurusan prioritas. Tujuh dari sepuluh siswa, misalnya, memilih jurusan pendidikan guru dengan alasan ‘jaga-jaga’ jika mereka tidak lulus di pilihan pertama atau kedua. 

Hal itu sah-sah saja sih. Hanya saja yang disesalkan adalah ketika lulusan pendidikan guru,  tidak bekerja sebagai guru. Banyak yang seperti itu. Salah seorang teman saya, misalnya, lulusan pendidikan guru tetapi bekerja di sebuah bank. Akta mengajarnya terbuang sia-sia.

Saya  bukan lulusan pendidikan guru. Saat saya melamar di beberapa sekolah, saya sempat  ditolak karena ketiadaan akta mengajar meski saya sudah punya pengalaman  mengajar di bimbingan belajar. 

Saya yang sangat membutuhkan akta mengajar untuk bisa mendapatkan pengalaman mengajar di sekolah waktu itu, agak jengkel dengan sikap teman saya sebab saya hanyalah satu dari sekian banyak orang yang terkendala mengajar hanya karena administasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun