Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Tarif Angkutan Kota

1 Oktober 2022   12:26 Diperbarui: 1 Oktober 2022   12:37 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : dnaberita.com

Beberapa hari kemudian, muncul daftar rute perjalanan beserta tarifnya yang dibubuhi stempel dari organisasi pengangkutan umum dan kemudian dipajang di pintu angkot agar penumpang dapat melihat dengan jelas. 

Tak  masalah meminta ongkos  sesuai dengan harga yang disepakati. Permasalahannya adalah beberapa supir 'nakal' meminta ongkos lebih dari yang seharusnya. Parahnya, ongkos tersebut tidak sesuai dengan pelayanan yang mereka berikan. 

Mereka memperlakukan penumpang seperti karung beras saja. Kebut-kebutanlah, ngerem mendadaklah, ugal-ugalanlah, membunyikan klakson dengan alasan yang tak jelaslah,, melawan arahlah, berkelahi dengan sesama pengguna jalanlah, macamlah. Belum lagi ongkos penumpang yang kurang. Mereka merepet tiada henti. Lha, kalau mereka yang kurang duit untuk mengembalikan kelebihan ongkos? Mereka cengengesan.

" Maaf ya, dek, nggak ada uang seribu!"

Para penumpang hanya bisa diam mendapat perlakukan Si Supir. Mungkin sudah terlalu malas berdebat. 

Urusan kenaikan tarif transportasi umum ini memang sudah sering terjadi. Kalau dulu mereka menunggu keputusan sang empunya peraturan atau berdemontrasi di depan kantor DPRD, kini sepertinya mereka mengambil tindakan sendiri. Pasang tarif dengan harga di luar batas kewajaran.

Semua orang kesulitan karena kenaikan harga BBM ini. Kebutuhan pangan melambung naik, sementara pemasukan tak kunjung  bertambah. Mereka, supir-supir itu, hanya mau dimengerti tanpa mau mengerti kondisi orang lain,seolah bumi ini milik mereka sendiri. Hidup untuk diri sendiri.

Kalaupun harus menaikkan ongkos, lakukan dengan harga sewajarnya, dengan menghitung secara jelas berapa yang harus dikeluarkan penumpang setiap satu estafet. Bukannya malah membuat perhitungan yang terkesan asal-asalan.

***

Ketika saya hendak membayar ongkos, Si Supir meminta seribu lagi. Saya yang sudah terlalu malas berdebat, akhirnya menyanggupi permintaan itu. Setelah itu, saya bertanya-tanya dalam hati. Seandainya pemerintah menurunkan harga BBM hari ini juga, maukah mereka, menurunkan tarif angkutan umum kembali seperti semula? Mereka cepat sekali bergerak begitu pemerintah mengeluarkan kebijakan dan maukah mereka melakukan hal yang sama ?

Entahlah. Gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun