Mohon tunggu...
Friska Tau
Friska Tau Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar di pelosok Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lelaki di Penghujung Senja

12 Januari 2020   13:22 Diperbarui: 12 Januari 2020   13:52 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awalnya adalah waktu. Namaku Inem, seorang guru di sebuah daerah terpencil yang terletak diperbatasan . Aku berkisah tentang duniaku menjadi seorang pendidik yang mungkin berbeda dari kalian. 

Beberapa waktu ketika aku menyelesaikan masa kuliahku, aku mencoba mengikuti tes PNS. Aku termasuk peserta termuda dalam kompetisi tersebut. Rasa pesismis selalu menghantui diri  tapi itu tidak menarik jika tidak mencoba. 

Ternyata Tuhan baik ya. aku lolos dalam tes tersebut. Jujur, saya memaknai semua yang terjadi sebagai bagian dari misi TUHAN. Bulan Mei saya menerima SK dan Juni mulai bertugas di sebuah sekolah pada daerah terpencil. 

Wow! kehidupan yang sungguh menantang. Semua serba berkekurangan. Banyak yang mengatakan air menjadi sumber kehidupan dan kami harus berjalan menyusuri mata air yang terletak sangat jauh. 

Selain itu, hamparan tanah yang dirasakan seperti padang gurun yang hampa dan panas, dan ternak  yang berjejal-jejal di jalanan menjadi sahabat untuk bersua.  Saya sempat kaget dengan pola kehidupan yang bisa dikatakan berbeda dari sebelumnya. 

Tapi aku pernah bermimpi untuk bisa menjadi bagian dari mereka. Merasakan bagaimana berjuang bersama asa melawan kegentiran hidup. Merasakan keseharian dalam ketidakpastian.

Terlepas dari problematika itu, satu yang pasti bahwa aku bahagia. Aku merasa menjadi sosok yang berharga bagi mereka. Berharga terlebih khusus karena aku bisa merangkul para pengais pengetahuan yang haus akan dunia pendidikan. 

Keterbatasan seperti melewati arung jeram sungai yang deras, jembatan selalu bergerak tak karuan ketika kita berjalan melewati sungai, atau perahu yang harus diatur posisinya supaya tidak terjatuh, dan binatang buas seperti buaya yang menjadi penjaga sungai yang dilalui tidak menjadi penghalang untuk bermimpi. 

"Nak, kita memang berada pada situasi yang terhempas, tapi ingat bahwa kita jangan sanpai pupus."Berjuanglah bersama mimpimu dan yakinlah akan ada pelangi setelah hujan.

Kemarin rasanya terhempas seperti petir yang menjadi embel-embel kala hujan membasahi bumi. Sebulan telah berlalu dengan nyaman dan unik. Hari itu, aku mendapat tugas untuk piket di sekolah. Semua hal yang menjadi kewajiban piket akan menjadi kewajibanku. 

Ketika aku mengecek keliling, tiba-tiba satpam sekolah mendatangiku sambil berujar " Ibu Inem, sebentar sore buku kontribusi untuk daerah terpencil akan tiba di sekolah. Sambil memperhatikan satpam, saya menyanggahi dengan mengatakan " baiklah pak, akan saya temui sebentar sore".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun