Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketahanan Budaya Lokal Masyarakat Diaspora Ngadha di Kampung Bhoakora

12 Juni 2018   18:19 Diperbarui: 12 Juni 2018   19:14 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                                                      BAB I

                                                                                                                                          PENDAHULUAN

Latar Belakang 

Kebudayaan (culture) merupakan perihal mendasar  yang tidak terlepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial/makhluk bermasyarakat (zoon politicom). 

Prensensia dari kebudayaan sendiri memungkinkan terjalinnya suatu hubungan saling mempengaruhi terhadap segalah macam bidang kehidupan. Terhadap hubungan ini, berkembanglah kemudian kausalitas yang merujuk pada terciptanya suatu kehidupan, terlepas dari visi dan misi kehidupan itu sendiri. 

Seni hidup yang rumit dan sukar ialah menemukan, dalam setiap haluan baru pengalaman via media antara dua ekstrem: ... memiliki dan menerapkan berbagai patokan, namun berjaga-jaga melawan pengaruh patokan-patokan itu untuk membutakan kita dari kesebaragaman situasi konkret dan untuk menafikan lebih dahulu nilai-nilai; untuk mengetahui kapan mesti bertenggang rasa, kapan mesti merangkul, dan kapan mesti melawan (Arthur O. Lovejoy, The Great Chain of Being).  

Nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan diadopsi atau dianut oleh setiap orang terkadang menciptakan konflik-konflik sebagai akibat dari upaya interpretasi subjektif, yang lebih lanjut berdampak pada perihal terbentuknya situasi yang menyesalkan yakni bahwa tidak semua hal baik dapat berada bersama di dalam kehidupan seorang individu dan di tengah masyarakat secara keseluruhan.[1]

 Kehidupan  yang bertaburan etnik, budaya, agama, bahasa kelompok sosial dan nilai sejatinya memiliki tantangan tersendiri. Pluralisme kemudian muncul sebagai tema yang paling menarik untuk membahas keberagaman ini. Diskursus tentang pluralisme dalam bingkai etika politik dan demokrasi mendapat sorotan tajam seiring dengan menguatnya kesadaran tentang politik identitas. 

Politik identitas secara luas adalah politik afirmasi ke dalam, lahir dari semangat individu, kelompok sosial, agama dan komunitas tertentu. Ia bertujuan untuk menegaskan eksistensi dan otonomi diri dalam wujud agama, kultur/kebudayaan, etnis, minoritas nasional dan gerakan sosial tertentu.

[2] Politik identitas berpusat pada politisasi identitas bersama atau perasaan 'kekitaan' yang menjadi basis utama perekat kolektivitas kelompok. Identitas dipolitisasi melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari orang-orang yang merasa 'sama', baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen perekat lainnya.

Kenyataan akan  diversitas kultural yang incommensurable dari tiap komunitas, menjadi kekuatan tersendiri bagi keeksistensian bahkan esensi dari suatu kebudayaan tertentu dimana pun kebudayaan tersebut dihidupi. Secara lazim kebudayaan lokal menjadi suatu kajian tersendiri dalam realitas  keberadaan suatu masyarakat. Upaya untuk mempertahankannya merupakan realisasi atau implementasi real dari politik identitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun