Mohon tunggu...
Frida Wahyumi
Frida Wahyumi Mohon Tunggu... Karyawan BUMN -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moeldoko: Stop Persoalkan Mayoritas dan Minoritas di Bangsa Ini!

31 Mei 2018   17:17 Diperbarui: 31 Mei 2018   18:07 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagramakunketansusu

Indonesia adalah wilayah kepulauan yang sangat luas. Terdiri dari lima pulau besar dan beberapa pulau-pulau kecil yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Perbedaan wilayah tentu juga berdampak perbedaan lain. Seperti dialek bahasa, warna kulit, watak, kebudayaan, suku, serta terjadi perbedaan pola fikir. Tidak tertutup kemungkinan juga membedakan agama dari berbagai wilayah tersebut.

Perbedaan-perbedaan itu menimbulkan bahwa adanya yang minoritas dan adanya yang mayoritas. Sebagai contoh mayoritas orang Papua berkulit gelap, ada minoritas orang yang  beragama Islam di Papua atau Manado. Mayoritas masyarakat Jakarta adalah orang-orang kaya dan masih banyak contoh polafikir tentang mayoritas serta minoritas ini.

Berbagai macam kelompok-kelompok yang ada di Indonesia seharusnya tidak dijadikan alat untuk saling membenci dan terkotak-kotak. Inilah fungsi Bhinneka Tunggal Ika.

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko juga meminta masyarakat Indonesia untuk tidak berpikir minoritas dan mayoritas tersebut. Menurut Moeldoko, cara berpikir seperti itu akan membuat bangsa Indonesia tidak bersatu dan berkembang.

Moeldoko berharap bangsa ini tidak lagi mempersoalkan minoritas dan mayoritas. Karena sepanjang kita berdebat atau berkutat disoal itu, bangsa ini tidak bisa bersatu. Sehingga kebangsaan kita tidak menjadi utuh. Moeldoko memberikan orasi kebangsaan dalam rangka Dies Natalis ke-60 Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) di Gedung Yustinus lantai 15, Unika Atma Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (30/5) malam. (beritasatu.com)

Masalah-masalah seperti itu sebenarnya adalah pola fikir orang primitif. Sebaiknya kita tinggalkan dan menuju Indonesia yang semakin baik. Kita wujudkan Indonesia yang semakin sejahtera dan semakin adil. Semua itu bisa dicapai apabila bangsa ini menjadi satu dan tidak terkotak-kotak.

Sikap saling menghormati dan memahami, merupakan dua sikap kunci untuk membangun persatuan. Yang merasa mayoritas, kata dia harus menghormati dan memahami yang minoritas. Begitu juga sebaliknya, yang merasa minoritas harus menghormati dan memahami yang mayoritas.

Masyarakat Indonesia hendaknya lebih bersikap saling terbuka, bukan saling membentengi diri, dan satu hal yang penting yaitu menghormati pemimpin. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dipimpin oleh pemimpin yang dicintai rakyatnya. Dan bangsa yang saling menghormati perbedaan sebagai hal yang baik dan anugrah. Serta mempererat persatuan dan kesatuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun