Mohon tunggu...
Frida Ghina Syukriyya
Frida Ghina Syukriyya Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial (S.Tr.Sos)

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Namun, manusia sejatinya adalah saling menyempurnakan satu sama lain.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Bandung, 2017!

25 Juni 2021   13:28 Diperbarui: 25 Juni 2021   13:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

                   Waktu itu, tahun kedua aku menapaki tanah sunda setelah study tour sekolah menengah pertama. Tahun pertama aku diantarkan oleh keluarga ke tanah sunda, dengan menggunakan mobil pinjaman dan dengan sopir sewaan juga, keluarga menyerahkan ku kepada diri ku sendiri. "Hati-hati ya mba,nanti kabarin!",kalimat yang muncul pertama kali dari bibir seorang ibu. Tidak lama keluarga berada di tanah sunda, karena tanggung jawab pendidikan yang sudah menanti waktu itu. Aku ditinggal seorang diri, tidak mempunyai kerabat, apalagi keluarga dekat di sana, hanya teman yang terkadang lupa akan kehadiranku. Namun, almarhumah mbah putri dulu selalu bercerita bahwa sebenarnya, aku mempunyai kerabat di sana, entah di mana tepatnya. Sudah lupa.

            Menjajaki tanah sunda untuk yang pertama kali nya, aku dibawa ke sebuah asrama milik anak-anak daerah Kalimantan. Menggunakan angkot riung dago untuk yang pertama kali nya dan menapaki gang-gang kecil dan sempit yang ternyata masih ada di tengah kota Bandung. "Ahh aku kira hanya di lokasi tempat kelahiranku saja, aku dapat menemukan gang kecil nan sempit ini, tapi ternyata aku salah",gumamku. Berkenalan satu sama lain, saling bercerita, dan membantu satu sama lain untuk menghadapi masa-masa ospek di kampus. Masa yang indah, yang patut dikenang, namun tidak ingin terulang.Saling menghargai perbedaan bahasa, yang sempat beberapa tidak memahami bahasa ku, begitu juga aku. Perlahan, aku sudah dapat beradaptasi dengan cepat.

            "Tolong gambarkan di buku saku aku dong, dan papan nama aku juga, aku tidak bisa bikin garis lurus", pinta salah seorang teman waktu itu kepada teman yang lain.Begitu juga pun aku, yang meminta bantuan teman untuk mengerjakan papan namaku.Hingga semakin siang, keakraban sudah semakin terlihat, beberapa ada yang mengajak untuk makan di luar sambil mengenal dan menjajaki pojok Bandung yang lain. Namun, beberapa juga sudah terlihat untuk berhemat mengingat kebutuhan menjadi mahasiswa tingkat pertama atau mahasiswa baru cukup banyak."Besok ingat ya jangan ada yang telat ke kampus, dan patuhi aturan yang sudah diberikan oleh panitia kepada kita, semangat",teriak ketua kelompok sebelum pulang.

            Pukul empat pagi, udara Bandung sangat dingin, menyentuh air pun rasa nya takut, perut yang mulai keroncongan, tapi aku dan beberapa teman ku harus sudah meninggalkan ruangan kecil baru di Bandung, kos-kos-an.Berjalan menyusuri jalanan Bandung dari kos yang berada di lokasi Dago Pojok sampai ke kampus yang berlokasi di jalan utama Dago menuju arah Lembang. Konsumsi obat herbal waktu itu adalah suatu kewajiban bagi aku seorang penghuni baru di Bandung yang cukup dingin. Tatapan yang tajam dan berkharisma keliatannya adalah yang pertama kali aku dapatkan sesampai nya di kampus. "Ayo cepat, lelet kamu!",suara yang sering dan akan terdengar selama proses ospek tiga hari ke depan waktu itu.

            Lari mengitari kampus dengan medan yang naik turun membuat aku dan beberapa teman kelelahan dan sempat dehidrasi. Kondisi jalan yang masih sepi, bersih, dingin, damai, dan sahdu adalah yang menemani para mahasiswa baru ditempa."Dibantu itu teman kalian yang tidak kuat, jangan egois",teriak para kakak tingkat kepada para mahasiswa baru. Sempat merasakan kelelahan dan rasanya akan terjatuh waktu itu, karena kondisi perut yang hanya dimasuki oleh air mineral tanpa sesuap nasi dan udara yang cukup dingin. Sempat merasakan jalan kaki saja ketika semua teman sedang berlari, berjalan sambil menikmati kondisi yang sangat nyaman dan indah, sesekali menghirup aroma roti di salah satu rumah yang kami lewati, aroma roti panggang di pagi hari sungguh terasa menggoda.

            Tiga hari sudah mengalami masa-masa perih dan cukup menyebalkan bagiku. Bertambah teman, bertambah pengalaman, dan tentunya bertambah ilmu juga. Diberikan waktu jeda sehari yang aku manfaatkan untuk berkeliling Bandung di sekitar jalan Ganesha, menikmati pasar murah yang digelar setiap hari Jumat, dan mencicipi kue apem hangat yang sangat menggoda."Ternyata ada ya pasar murah di Bandung", gumamku kepada salah satu temanku. "Iya ada, nanti juga setiap hari Minggu di gasibu juga ada loh, kamu harus ke sana ya", jawab temanku yang asli darah Sunda. Belum mencintai sepenuhnya Bandung, namun sudah terasa nyaman dan mulai benih-benih cinta kala itu.

            ------

            Bandung dengan keramah-tamahannya yang selalu dirindukan oleh semua orang yang pernah menetap lama di tanah Sunda itu, termasuk aku, atau barangkali karena memang bertemunya dengan keramah-tamahannya. Bandung yang setiap pojok nya mempunyai cerita dan makna, juga terselip banyak kehidupan di setiap titik kota nya. Para pelukis jalanan di Jalan Braga dengan gedung-gedung menjulang tinggi yang tidak akan bosan jika menatapnya, para cosplay kartun hingga anime yang terkadang mengagetkan di Jalan Asia Afrika, para penjaja bunga hias di pinggir jalan yang tak pernah lelah menawarkan, pun anak-anak penjaja tisyu serta pembersih kaca mobil di setiap lampu merah yang selalu bersemangat untuk dapat bertahan hidup.

            Sapaan yang setiap pagi aku dapatkan dari penjual nasi kuning langganan anak kos, hingga sapaan anjing di salah satu rumah dekat kampus, yang selalu dirindukan. Terdapat istilah yang sangat akrab dengan semua orang ketika mendengar Bandung,"Bumi Pasundan Lahir Ketika Tuhan Sedang Tersenyum", tulisan yang diabadikan di dinding perlintasan menuju arah Alun-Alun Kota Bandung, yang menjadi andalan wisatawan untuk mengabadikan moment di Bandung. Dua ribu tujuh belas silam, aku bertanya kepada diri ku sendiri akan maksud dari kalimat tersebut. Sebagai orang yang belum mengenal sampai akar pun sampai sekarang, kalimat tersebut akan selalu dicari maknanya.Pernyataan yang dilontarkan oleh Martinus Antonius Weselinus Brouwer atau akrab dipanggil M.A.W.Brouwer, yang merupakan seorang fenomenolog, psikolog,dan budayawan kelahiran Delf,Belanda, yang juga seorang penulis buku 'Psikologi Fenomenologis'.

            Aku mengenal Bandung selain keramah-tamahannya pun mengenal bahwa Bandung adalah kota yang romantis.Bandung mengajarkan tentang pertemanan, persaudaraan, persahabatan, bahkan sampai percintaan. Malam nya yang selalu membuat tidak ingin pulang rasanya, pagi nya yang selalu membuat tenang dan nyaman, dan siangnya yang selalu membuat kesabaran harus meningkat kadar nya, karena kemacetan yang selalu hadir.Memang benar ungkapan dari Pidi Baiq bahwa "Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi".Bandung pun tahu bagaimana caranya aku harus berjuang, pun tahu pernah menjatuhkan hati kepada siapa saja.

Bandung,Aku Rindu. Semoga kita dapat berjumpa dan bersua kembali,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun