Mohon tunggu...
Frida Santika
Frida Santika Mohon Tunggu... Author -

Learning By Doing Waktu menjadi Jawaban untuk sebuah pertanyaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah dan Keluarga Aktor Utama Memutus Mata Rantai Bullying

18 Juli 2017   13:20 Diperbarui: 19 Juli 2017   09:23 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan vidio bullyng yang dilakukan oleh anak SD, SMP bahkan Mahasiswa terhadap temannya. Perilaku bullyng ini bukan hal yang baru di lingkungan sekolah, anak-anak yang dianggap lemah akan menjadi korban bullyng oleh orang-orang yang merasa kuat. Ketika sekolah mungkin kita sendiri pernah menjadi korban bullyng atau menjadi pelaku bullyng  ataupun menjadi penonton dari bullyng yang terjadi dilingkungan kita. "Bullyng  merupakan  perlakuan  kekerasan terhadap orang lain  yang dilakukan secara individu maupun berkelompok, kekerasan ini seperti pelecehan Verbal, kekerasan visik ataupun pemaksaan hal ini bisa terjadi karena dasar ras, agama, gender, seksualitas ataupun kemampuan"

Perilaku bullyng ini sering saya jumpai didepan mata hal ini bisa saya saksikan karena sebagai pendidik saya bisa menyaksikan anak-anak yang sering di bullyng bahkan dijauhi oleh teman-temannya. Orang yang melakukan bullyng cenderung bersikap agresif. Sikap agresif pada anak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

Perilaku bullyng disebabkan oleh hal-hal yang secara tidak langsung membentuk anak memiliki  perilaku bullyng dalam pergaulannya, di antaranya:

Keluarga terdekat dan Lingkungan. Tak bisa dipungkiri bahwa perilaku bullyng pada anak bersumber dari perilaku orang terdekatnya baik dirumah maupun di lingkungannya, kebiasaan orangtua atau keluarga yang memberi label pada anak akan merusak mentalitas anak. Perlakuan yang dia terima membuat dirinya melakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Konflik dan kurangnnya perhatian dalam keluarga. Konflik dalam keluarga menyebabkan anak bertumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif. Pertumbuhan anak terganggung secara psikologis karena adanya perpecahan dalam keluarga sehingga anak tidak memperoleh model yang baik dalam keluarga. Kekecewaan anak dalam keluarga cenderung membuat anak berontak dan melampiaskan kemarahannya kepada orang lain. Konflik dalam keluarga atau kesibukan orangtua menyebabkan kurangnya perhatian terhadap anak.

Tontonan media visual. Media visual terutama televisi menjadi hal yang mendukung terjadinya bullyng di sekolah. Sinetron yang tayang di televisi Indonesia sangat tidak mendidik dan penuh dengan kekerasan. Dari vidio yang beredar kasusu kekerasan yang dilakukan anak di vidio sama dengan sinetron-sinetron yang sering tayang. Sementara anak-anak  cenderung menghabiskan waktunya di depan tv.

Perasaan superior. Perasaan superior ini membuat anak ingin membuktikan dirinya kepada orang-orang lain bahwa dirinya hebat. Perilaku bullyng yang dilakukannya terhadap orang lain seolah-olah memberikan penghormatan dari anggota-anggota geng nya di sekolah.

Orangtua terlalu keras ataupun terlalu longgar. Orangtua yang terlalu disiplin tanpa memberikan keleluasan terhadap anak membuat anak menjadi tertekan dan melampiaskannya terhadap orang lain. Bentuk pemberontakan terhadap orangtuanya adalah menindas orang yang dianggapnya lemah sebagai bentuk kekesalan dan kekecewaan terhadap orangtuanya dan sebaliknya anak yang terlalu longgar atau manja cenderung akan menjadi anak yang egois karena orangtua tidak memberikan batasan atau aturan terhadap anak.

Pencarian jati diri. Pencarian jati ini biasanya terjadi pada masa remaja, remaja cenderung melakukan hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk pencarian jati diri dan pembuktian dirinya dikalangan teman-temannya. Dengan melakukan pembullyan anak tersebut merasa menemukan jati diri yang sebenarnya.

Balas dendam. Balas dendam ini terjadi sebagai bentuk pembalasan karena dirinya pernah di bullyng baik oleh teman, keluarga maupun lingkungannya. Balas dendam ini sebagai bentuk rasa pembalasan bahwa orang lain juga harus merasakan luka yang pernah dia rasakan.

Nilai diri rendah. Nilai diri rendah disini karena adanya rasa minder tetapi ditutupi dengan kekerasan, rasa percaya diri yang kurang akan tertutupi dengan menyakiti atau membullyng orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun