Mohon tunggu...
Fret Derau
Fret Derau Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer

Menulis untuk berbagi derau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Anak Kerbau

9 Januari 2020   05:06 Diperbarui: 9 Januari 2020   05:09 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kasian juga aku liatnya, Mak." ujarku.

Istriku tak menyahut. Ia asyik mengaduk nasi dalam periuk. Daguku terangkat tinggi, kepalaku bersandar ke daun pintu rumah kami yang terbuka. Di lantai semen yang kasar aku duduk sambil menerawang ke lembaran seng-seng berkarat yang langsung jadi langit-langit rumah kami.

Beberapa menit, kami berdua hanya terdiam. Akhirnya istriku berbicara "Apalah yang mau kita buat, Pak?"

Sekarang dia sibuk mondar-mandir, entah apa yang dikerjakannya, di dapur, di kamar mandi dan sesekali keluar rumah lalu masuk lagi.

"Aku pun kasian juganya," katanya setelah kembali ke dalam rumah. "Itulah hidup ini... Tak seindah rencana kita."

"Enggak kau tengok, Mak? Macam orang stres kutengok dia sekarang," kataku lagi.

"Yah, memang udah streslah dia itu. Bukan 'macam' lagi," tukas istriku.

"Iya, maksudku stres kayak orang gila." Aku mengoreksi ucapanku.

"Iyalah. Siapa yang nggak stres, bapaknya ninggal, gak ada uang, trus putus sekolah pula," sambar istriku.

Pikiranku melayang-layang. Sebentar membayangkan perasaan yang sedang dialami si Maston---sosok yang sedang kami bicarakan, sesaat kemudian mengenang bapaknya---si Eben---yang merupakan teman baikku. Bayangan yang terakhir diselingi cuplikan-cuplikan kisah masa lalu kami. Aku bisa memaklumi perasaan bangga dan penuh angan-angan yang dialami anak sulung Eben itu ketika pertama kali menginjakkan kaki di perguruan tinggi negeri di Medan, kota besar yang letaknya jauh dari kampung kami. Bapaknya pun bangga sekali saat itu. Harapannya semakin besar diletakkan di bahu Maston yang tengah bersiap menjadi tulang punggung keluarga kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun