Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memacu Kegembiraan Ekologis yang Produktif di Tengah Physical Distancing

13 April 2020   14:13 Diperbarui: 13 April 2020   17:09 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pribadi : lokasi daerah persawahan Kletek-Betun-Malaka

Pemerintah Indonesia menempuh berbagai kebijakan dan cara untuk menghindari penyebaran pandemi covid-19, yang kini tengah melanda umat manusia lintas penjuru.

Sebagai warga negara, saya mengapresiasi kebijakan yang ditempuh oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo saat ini, di mana masyarakat dihimbau untuk menjaga jarak, menghindari diri dari keramaian, menghindari praktik perkumpulan, apabila melanggar ditindak tegas oleh pihak kepolisian, dan apabila terkategori sebagai ODP, PDP, Suspect Covid-19, diperhatikan khusus dengan perawatan yang intensif.

Sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus corona, setiap warga negara Indonesia, dihimbau, diwajibkan mengenakan masker saat bepergian keluar rumah, dan itupun hanya untuk keperluan penting. Karena itu, kesadaran masyarakat untuk mengikuti kebijakan physical distancing sangat dituntut demi kesehatan dan keselamatan seluruh warga negara Indonesia.

Lantas saya terpacu untuk menikmati indahnya menjaga jarak, menghindari keramaian dengan mengasingkan diri di sawah, menikmati teriknya matahari sembari memetik indahnya pesona alam yang terbentang membahana di pucuk-pucuk anakan padi nan hijau.

Sembari mengenakan topi cowboy, riben kecoklat-coklatan, masker berwarna biru langit, saya menikmati betapa indahnya kegembiraan ekologis ditengah physical distancing tatkala menyaksikan aliran air yang bersahutan-sahutan dengan anakan padi, yang baru saja ditanam dua minggu lalu. Indahnya bukan main.

Inilah sesungguhnya suatu kegembiraan ekologis bahwa ditengah kebijakan physical distancing demi menghindari penyebaran virus corona, sama sekali tidak dimaksudkan untuk memisahkan rasa kemanusiaan, rasa at home pada pekerjaan dan rasa gembira yang timbul karena kesendirian sepi yang produktif.

Physical distancing, memang wajib jaga jarak (fisik) tetapi produktivitas tidak boleh mati.

Dalam kesendirian yang tampan, para penulis lebih asyik membaca dan menulis. Para pegawai lebih diberi ruang untuk mandiri; berdiri di atas kaki sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan sendiri. Para petani di dalam lahan mereka masing-masing, kelihatannya lebih serius karena tidak diganggu.

Terik matahari jam 12 bak bumbu pedas penambah nafsu makan, membakar seolah-oleh memerintah dan biar itu terjadi menurut pihak Tuhan supaya virus corona menjauh.

Para petani bersahut-sahutan dari lahan mereka sambil berharap semoga virus ini, tidaklah sampai ke mereka. Tangan mereka mengelus-elus anakan padi, semoga cinta akan kerja menjauh mereka dari virus yang mematikan ini.

Kegembiraan ekologis nampak di sana bahwa produktivitas begitu nampak tatkala Pemerintah Indonesia menempuh kebijakan physical distancing. Pesannya ialah kita boleh jaga jarak fisik tetapi rasa cinta pada pekerjaan harus makin kuat dan makin produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun