Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Kedudukan Janji dalam Pusaran Praktik Korupsi

4 Maret 2020   06:33 Diperbarui: 4 Maret 2020   06:48 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama menjalani masa studi Teologi di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang, dalam rentang waktu 2017-2019, kami diberi kesempatan setiap hari Minggu, untuk melayani saudara-saudara kita di Lapas Dewasa kelas 2A, Liliba.

Dari banyak pertemuan dan sharing, saya menyimpul banyak hal terkait kasus praktek Tipikor. Saya tertarik pada salah satu faktor pemicu yakni janji. Dalam arti ini, saya melihat janji sebagai salah satu penyebab terjadinya praktek korupsi.

Praktek korupsi memang saat ini terjadi di mana-mana. Banyak pemimpin masyarakat terseret dalam kasus mengaruk uang publik ini. Kita bisa mengakses di media, sejauh mana, praktek korupsi berlangsung dan sedalam mana penanganannya.

Tidak heran, para penyelidik, penyidik pusing tujuh keliling, lantaran administrasi pasca penggunaan finansial susul kemudian. Alhasil, rekayasa data atau administrasi lancar dimainkan.

Dari begitu banyak faktor penyebab korupsi, saya menilai, terdapat salah satu faktor penyebab yang tak kalah pentingnya. Faktor itu ialah janji.

Entah dalam masa kampanye maupun masa aktif roda pemerintahan berjalan, janji-janji terhadap masyarakat terkait dengan kesejahteraan masyarakat selalu saja diutarakan.

Lantas, apa yang dijanjikan oleh seorang calon pemimpin ataupun pemimpin, dipegang teguh oleh masyarakat setempat.

Masyarakat biasanya selalu menaruh harapan pada janji seorang calon pemimpin ataupun pemimpin. Berjanji berarti apa yang dijanjikan itu, terikat kewajiban untuk memenuhinya.

Masyarakat bakal kecewa atau kehilangan kepercayaan kalau apa yang dijanjikan itu, tidak terlaksana. Kekecewaan atau kehilangan kepercayaan seperti ini, banyak kali menyebabkan seorang gagal menduduki kursi politik ataupun kursi birokrasi.

Dalam kaitan dengan kekecewaan atau kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap seorang pemimpin dan janji yang harus ditepati oleh seorang pemimpin, saya membaca menguatnya janji sebagai salah satu faktor penyebab korupsi.

Tatkala seorang pemimpin pasca janji, ia mempunyai perhitungan ke depan untuk tetap eksis dalam jabatannya. Apa yang dijanjikan, ketika bertemu dengan kinerja politis atau birokrasi yang sarat aturan, bisa saja tidak memungkinkan janji itu terealisir. Sementara masyarakat, tetap menunggu bahkan menuntut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun