Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Heran

23 Maret 2019   20:58 Diperbarui: 23 Maret 2019   21:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingin ku daur syair lagunya Frankly Sahilatua dalam benak yang terancam punah ini. Aku ingin, Aku Heran dalam Perahu Retak terus dipekikkan tatkala dua koin mata uang menutup rapat telinga para penguasa.

Aku heran, yang salah dipertahankan. Mungkin karena pengrajinya buta warna pandang.

Aku heran, elit masa kini, hobinya polisikan masyarakat. Selain, saku mereka ingin penuh, mereka juga menanam jasad dalam harapan masyarakat.

Aku heran, heran bukan ingin bungkam tak mau maju. Aku heran, mereka lupa jejak. Sejak, garis tangan mereka pangku, langkah kaki mereka terus melewati antrian kawanan kecil.

Aku heran, mereka bertengger di atas kursi, dalam naungan sejuk buatan, merasa teduh di tengah liku jalan. Mereka aman, namun cilik-cilik di sepanjang dan seputar jalanan, diamankan dengan todongan peluru ancam di ujung gedung berwarna kuning, beratap merah hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun