Pertanyaan seperti yang tertera pada judul tulisan ini tentu membutuhkan jawaban.
Saya sendiri lebih suka untuk memberi jawaban realistis terhadap pertanyaan di atas.
Ada banyak alasan, mengapa harus Jokowi. Alasan-alasan itu, saya kemukakan sebagai berikut:
Yang pertama : Jokowi sementara incumbent (sementara menjabat sebagai Presiden RI).
Sebagai Capres, yang turut bertarung untuk memenangkan kursi eksekutif pada 17 April 2019, Jokowi juga adalah Capres Petahana, Presiden RI.
Posisi ini tentu memberi keuntungan sendiri bagi sosok Jokowi, paket Jokowi Ma'arif, mengingat bahwa mereka yang masih menjabat atau yang pernah menjabat dalam era kepemimpinan Jokowi, tidak mungkin mereka melupakan begitu saja, jasa seorang Jokowi.
Yang kedua : Jokowi menduduki jabatan-jabatan eksekutif yang penting.
Yang ketiga : Jokowi adalah pribadi yang sederhana.
Jokowi adalah pribadi yang sederhana. Memang Kesederhanaan ini pernah menjadi kritik dari seorang Rocky Gerung bahwa pribadi yang sederhana lebih cocok sebagai kepala rumah tangga bukan kepala negara.
Tetapi tak dapat disangkal bahwa kesederhanaan seorang Jokowi ternyata membuat banyak orang kagum dengannya. Bahkan karena kesederhanaannya, ia dijadikan sebagai tokoh idola.
Yang keempat Jokowi tidak pernah terseret kasus korupsi
Jokowi tidak pernah terseret kasus HAM.