Bak petir siang bolong, sebegitu cepatnya nama pamanku melangit dalam petaka. Tak sanggup mendaur kenangan tatkala kembali kuingat nasehat-nasehat pamanku itu. Ada jurang galian Paman yang terbelalak menakutkan.
Namun tak kuputus asa. Kutuliskan sepenggal kalimat ; pamanku bertobatlah. Kutempel di sudut kamar saya. Hari-hariku penuh doa, semoga Sang Khalik mengampuni pamanku yang tak karuan itu.
Pamanku tak memusnahkan hidup lain. Tak menodai martabat lain. Pamanku terkutuk lakunya. Hidup dan karirnya kini berantakan, tatkala hobi menjulang di langit-langit. Tiada henti sembari menembusi batas normal.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!