Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Solidaritas Sebagai Upaya Untuk Memerangi Egoisme dan Kelompok(isme) Dalam Hidup Komunitas

21 Maret 2018   22:45 Diperbarui: 21 Maret 2018   23:02 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Fr. Erick Fkun

Tema  relevan terkait solidaritas dalam hidup sosial pada masa kini rupanya telah diredusir maknanya oleh kemajuan-kemajuan dan perkembangan IPTEK yang sangat signifikan. 

Manusia telah melebur dan mengintegrasikan kehidupannya pada hidup yang terlampau individualis tanpa menjunjung tinggi pola hidup berkomunitas. Konsep dan praktik solidaritas sebagai sebuah bentuk kebersamaan, sebagai sebuah bentuk kesatuan, simpati dalam kehidupan bersama perlahan terkikis dan tergerus oleh arus kelompokisme yang tidak lagi sehat. 

Akibatnya setiap pribadi dalam komunitas dengan kemauannya mengelolah hidupnya tanpa mempedulikan sesamanya. Kita tentu sepakat bahwa entah disadari baik atau tidak, kemajuan dan perkembangan inilah yang  telah memberikan pengaruh yang besar bagi paradigma dan ideologi hidup kita. 

Oleh sebab itu, untuk menyadarkan kembali keberpihakan atas pentingnya solidaritas maka baiklah kita meneladani tokoh utama dalam dunia Perjanjian Baru yakni Yesus  yang sesungguhnya telah memproklamirkan spiritualitas kesetiakwanan atau solidaritas.

Meneladani Yesus Sebagai Tokoh Yang Solider

Prinsip dan tindakan solidaritas sejatinya termanifestasi di dalam tindakan Allah melalui PutraNya Yesus yang luar biasa kepada umatNya. Lukas di dalam warta sucinya, memberi afirmasi atas tindakan solidaritas  Allah atas manusia. Allah memilih dan mengasihi yang hina. Dengan caraNya, inkarnasi Allah dalam diri Yesus menunjukkan bela rasa dan solidaritasNya atas penderitaan manusia.  "Allah melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar..." (Luk 1:53). Inilah sesungguhnya ungkapan solidaritas Allah.  

Solidaritas Allah itu tidak terbatas pada suatu golongan. Ia sesungguhnya membuka sepenuhnya karya keselamatan bagi semua orang. Solidaritas Allah tanpa batas ini pada gilirannya menjadi inspirasi kekuatan moral dan pendorong bagi manusia beriman untuk rela berbagi dan memberi kepada sesama. Jika setiap orang mengamalkan prinsip solidaritas, bersetiakawan dan rela berbagi kepada sesama yang menderita, maka hemat saya hidup damai bisa digengam dan diperoleh.

Sesungguhnya ungkapan solidaritas mestinya mewujudnyata di dalam tindakan atau praksis hidup. Yesus telah menyatakan solidaritasNya kepada manusia. Ia mengajar, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, memberi makan bagi yang lapar, mendengarkan keluhan orang dan memberi diriNya kepada orang lain. 

Pernyataan ini sekaligus menunjukkan misi Yesus untuk mewujudkan solidaritasNya bagi sesama terisitimewa bagi mereka yang ada dalam penderitaan. Seluruh pekerjaan dan pelayanan Yesus dilandasi oleh cinta kasih dan solidaritas yang tulus kepada manusia. Inilah solidaritas sosial  yang menjadi awal signifikan untuk mewujudkan damai sejahtera. 

Dalam teks lain, sikap Yesus dalam mewujudkan solidaritas terhadap sesama yang menderita nampak jelas di dalam kotbahNya di bukit melalui ucapan bahagiaNya (Matius 5:1-12). Persaudaraan sejati, hidup dan bertumbuh dalam solidaritas baru, di mana kesenjangan antara mereka yang kaya dan miskin menjadi terjembatani. Semuanya berpusat pada ajaran Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun