Mohon tunggu...
Frengky Septiyan
Frengky Septiyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUKA

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 20107030005

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tempe Berusaha Meski Pandemi Meraja

19 Juni 2021   11:10 Diperbarui: 19 Juni 2021   11:16 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokpri (produk tempe)

Dari usaha tempe tersebut Paiyem mendapat omset sekitar 1.5 -- 1.8 juta perbulan dengan keuntungan sepertiganya. "alhamdulillah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya dan sisanya bisa saya tabung untuk saya gunakan jika ada keperluan yang mendesak dan juga harus menyisihkan untuk modal membeli kedelai" tutur Paiyem.

Setiap pengolahan tempe biasanya Paiyem mengolah sekitar 8-10 kg kedelai, kemudian sisanya bisa di olah hari berikutnya. Pada penjualan tempenya, Paiyem menyasar kepada toko klontong di sekitar rumah yang memesan tempe kepadanya. Tidak jarang juga konsumen yang datang langsung ke tempat pembuatan untuk membeli.

Usaha yang sudah berjalan 5 tahun ini juga sempat mengalami beberapa kendala, mulai dari naiknya harga bahan pokok, naiknya harga kedelai, dan untuk sekarang ini pandemi Covid 19 menjadi kendala terberat yang harus di hadapi. Bahkan Paiyem sempat ingin menyudahi usahanya karena permasalahan ekonominya. Namun hal tersebut di tentang oleh suaminya, suaminya yakin bahwa permasalahan ini akan segera berlalu dan usahanya dapat di pertahankan.

Sumber: Dokpri (proses pengemasan tempe)
Sumber: Dokpri (proses pengemasan tempe)
Dengan adanya pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini menyebabkan kenaikan harga bahan pokok dan juga harga kedelai yang menjadi bahan utama pembuatan tempe. Hal tersebut membuat dilema para produsen tempe, jika harga kedelai naik maka harga tempe juga harus naik, sedangkan jika harga tempe di naikkan akan menurangi minat beli para konsumen. Hal tersebutlah menjadi permasalahan paiyem untuk saat ini.

Namun bagaimanapun juga hal tersebut harus dilakukan supaya usahanya bisa tetap bertahan. Paiyem harus menaikkan harga tempe seiring dengan kenaikan harga kedelai. "Kalau dulu harga tempe hanya Rp 1.500 /batang, karena dulu harga kedelai masih rendah. Namun untuk sekarang ini  karena harga kedelai yang naik, jadi mau tidak mau harga tempe juga harus saya naikkan agar usaha saya tetap berjalan, yang dulu Rp 1.500 sekarang jadi Rp 2.000/batang" ucap Paiyem ketika diwawancarai.

Paiyem mengakui bahwa pandemi Covid 19 memang menjadi permasalahan utamanya pada keberlangsung usahanya. Tetapi mau bagaimanapun juga hal tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat di hindari. "Permasalahan pandemi ini memang permasalahan yang dirasakan semua orang. Tetapi kita tidak boleh menyerah dengan keadaan, kuncinya adalah terus berusaha dan jangan putus asa" tutur Paiyem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun