Mohon tunggu...
Freyja571
Freyja571 Mohon Tunggu... Arsitek, Dosen, Peneliti, Urbanist -

Mahasiswa Phd dalam bidang Architecture & Urbanism, praktisi arsitektur / Urban

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Anti Asing dan Anti Kebocoran SDA

29 November 2014   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu ini ramai diberitakan mengenai kebijakan "tegas" dalam hal perlindungan wilayah laut Indonesia. Mulai dari perintah tegas dari Presiden RI untuk menenggelamkan kapal nelayan asing yang mencuri ikan di wilayah Indonesia, hingga berita ditangkapnya ratusan nelayan Malaysia di Kalimantan Timur. Reaksi juga mulai muncul dari negara sekitar Indonesia. Baik reaksi keras bernada bermusuhan dari Malaysia, hingga seruan untuk bersikap hati - hati dari Thailand, maupun Taiwan yang menginginkan negosiasi masalah ini dengan pemerintah Indonesia.

Reaksi dari dalam negeri pun beragam. Banyak yang menyambut gembira karena akhirnya Indonesia tegas. Tapi ada pula yang ikutan membela para maling ikan itu. Ada yang alasan nya karena mereka negara serumpun. Hal ini lucu, karena negara tetangga yang mengaku serumpun itu sering menghina Indonesia, tapi dalam hal semacam ini mereka mengaku saudara. Saya tidak tahu, apakah bila mengaku saudara apakah berarti mereka boleh merampok milik saudara nya tanpa izin? Lagipula, bila kita cermati, perintah yang diberikan adalah menenggelamkan kapal pencuri ikan. Dan bukan menenggelamkan kapal nelayan baik - baik dari negeri tetangga. Jadi mengapa harus marah - marah? Kecuali hati nurani nya juga mengakui, bahwa negaranya dengan sadar sengaja mencuri milik saudaranya itu.

Kembali ke reaksi dalam negeri, sedikit pengamatan, yang lantang mengkritik Jokowi karena tegas itu sebagian adalah para pendukung capres satunya. Meskipun saya sadari, ada pula faktor kesukuan, yang masih merasa berkerabat dengan orang Malaysia. Tapi faktor kekerabatan tentunya bukan alasan yang pas untuk membela negara tetangga. Lebih lucu lagi para pengkritik dari kubu pendukung capres sebelah. Tanpa mempedulikan masalah kedaulatan, langsung membela negara asing, hanya karena negara asing tersebut mengkritik Presiden RI yang dibenci nya itu. Padahal, dulu... mereka menyukai calon presiden yang TEGAS, ANTI ASING dan TIDAK MENTOLERANSI KEBOCORAN KEKAYAAN ALAM INDONESIA. Bukankah hal ini yang ditunjukkan oleh Jokowi sekarang? Mengapa sekarang mereka malah protes? Sungguh tidak dapat dimengerti. Mengedepankan perundingan itu pasti. Tapi dilihat juga, setidaknya hal ini sudah membuat Taiwan berusaha mengajak berunding.

Mengenai kebijakan Jokowi sekarang, sayapun menyadari. Tidak akan banyak gunanya kalau kondisi TNI masih seperti sekarang. Akan sangat lucu kalau Jokowi hanya bisa berteriak seakan tegas dan garang, tapi di lapangan TNI tidak punya kemampuan untuk menandingi kekuatan militer asing. Contoh, semalam saya melihat tayangan di Kompas TV mengenai bagaimana kapal kita di intimidasi oleh kapal perang RRC. Saat itu, kapal kita sedang memeriksa kapal pencuri ikan asal RRC. Untuk masalah kedaulatan, sekalipun yang dihadapi adalah RRC, Indonesia harus punya keberanian dan kecerdikan untuk memaksa negara tersebut menghormati kedaulatan Indonesia.

Sumber bacaan:

http://news.detik.com/read/2014/11/28/193503/2762592/10/media-malaysia-sebut-jokowi-angkuh-menko-polhukam-bukan-angkuh-tapi-tegas

http://www.tempo.co/topik/masalah/1022/Illegal-Fishing

http://www.merdeka.com/peristiwa/negara-negara-ini-blingsatan-tni-al-tangkapi-maling-ikan/filipina-hargai-ketegasan-ri.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun