Mohon tunggu...
Freema H. Widiasena
Freema H. Widiasena Mohon Tunggu... Buruh - Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Suka menyendiri dan suka bersama. Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Masih Berlanjut, Penipuan Jagad Maya

17 September 2019   01:09 Diperbarui: 18 September 2019   15:16 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nomor ini malam-malam nelpon saya, kebetulan saya sudah tertidur jam 11 malam itu. Katanya mau mastikan bahwa saya yang pesen sebuah barang dari sebuah lokapasar (marketplace) dan hendak memproses pesanan saya untuk dikirimkan.

Oleh karena itu dia meminta saya mengecek SMS dan meminta saya menyebutkan nomer otentifikasi login yang masuk.

Dalam kondisi setengah sadar, untungnya saya masih sadar. Lho, ini kan kode buat login ke akun saya! 

Saya sebutkan nomer yang salah kepadanya. Sontak dia bilang, "Nomernya salah pak!"

Saya jawab nomer ngawur lagi. Dia bilang masih salah.

Akhirnya henpun saya geletakkan tanpa saya bilang apa-apa. Dianya cuman hola-halo terus. Sementara di sana, dia mencoba beberapa kali login. Beberapa SMS kode OTP (on time password)/sandi sekali pakai masuk ke SMS saya.

Dan bolak-balik nelpon, saya terima, tapi saya enggak ngomong apa-apa. Hingga akhirnya percobaannya berhenti sendiri.

***

Beberapa kali saya bertransaksi di lokapasar, enggak ada kejadian seperti ini. Setelah saya cek, transaksi-transaksi saya sebelumnya nilainya dalam skala ratusan ribu. Kali ini nominalnya juta rupiah.

Serem ini. 

Okelah saya enggak punya saldo mengendap di lokapasar tersebut. Tapi bisa aja dia membelokkan barang yang sudah kita pesen dan terbayar ke alamat dia. Atau apapun yang dia bisa lakukan jika dia bisa akses ke akun kita.

Otentifikasi via SMS begini memang penting untuk menjaga keamaan kita. Namun ternyata faktor yang terpenting adalah ada pada kesadaran kita sebagai manusia, bukan keamanan robotik/sistemik. 

Apa enggak menjebak namanya jika pada saat kita sedang menunggu barang pesenan diproses/dikirim lantas ada yang mendadak telepon mengabarkan jika barang akan diproses/dikirim namun meminta kode OTP?

Alhamdulillah dalam kondisi setengah sadar, saya masih dituntun oleh malaikat-Nya untuk menggunakan sisi sadar saya untuk menyadari bahwa ini jebakan.

Sepertinya, modus penipuan terhadap masyarakat rasanya akan senantiasa berkembang sesuai jamannya. Jaga kesadaran dan nalar senantiasa.

Hati-hati liks!

***

Update. 

Saya mencoba melakukan konfirmasi ke pihak pelapak melalui laman web resmi mereka. Mereka mengakui bahwa lapak mereka di salah satu lokapasar itu memang telah diretas sekian hari kemarin, namun akun mereka di lokapasar lain masih aman. Data percakapan konfirmasi ini saya simpan secara pribadi.

Dari penelusuran saya pribadi ke beragam artikel di laman internet, dua penyebab utama kenapa sebuah akun (akun, bukan sistem lokapasar secara keseluruhan) bisa kena retas adalah karena:

  • Pengguna mengklik tautan palsu yang diberikan oleh oknum peretas yang mana tautan tersebut berisi program tindakan peretasan.
  • Pengguna dengan tidak sadar memberikan kode otentifikasi kepada peretas. Pola ini lumayan banyak terjadi. Saya bayangkan mirip dengan apa yang hampir menimpa saya di tengah malam itu.

scam-0816341508-5d81dc070d82302d8c5d0652.jpeg
scam-0816341508-5d81dc070d82302d8c5d0652.jpeg
Ada upaya lagi dari nomor yang berbeda, yang mengawali pembukaan dengan nama yang langsung diralat, "Selamat siang, kami dari eh ..."

Saya diam membiarkan. Dia hola-halo sebentar, habis itu langsung ditutup. Dan enggak telpon lagi.

Saya cek di Truecaller, munculnya sudah dinamai seperti ini.

truecaller-0816341508-5d81dd64097f36205b18f742.jpg
truecaller-0816341508-5d81dd64097f36205b18f742.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun